Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Calon Pimpinan KPK 2019-2024
Jakarta – Isu politik memang liar. Termasuk isu di balik pertemuan mendadak Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Solo, Jawa Tengah, Ahad (3/11/2024) kemarin.
Ada yang berspekulasi bahwa pertemuan empat mata Prabowo-Jokowi itu membicarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, terutama di Jakarta dan Jawa Tengah. Di dua provinsi tersebut, Jokowi disebut mau terjun langsung untuk kampanye.
Motif Jokowi kampanye di Jateng adalah karena provinsi ini dikenal sebagai kandang benteng atau basis PDI Perjuangan.
Adapun motif Jokowi kampanye di Jakarta adalah karena calon gubernur-wakil gubernur yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus atau yang didukung Prabowo dan Jokowi, yakni Ridwan Kamil-Suswono atau RIDO, elektabilitasnya anjlok disalip Pramono Anung-Rano Karno yang diusung PDIP.
Ada pula yang mengaitkan pertemuan mendadak bekas Menteri Pertahanan dan bekas bosnya itu dengan penangkapan 16 orang tersangka “pembina” situs judi online di Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) yang sebelumnya bernama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).
Dikutip dari akun TikTok @dodideo, Senin (4/11/2024), salah satu dari 16 tersangka yang ditangkap Polda Metro Jaya dalam kasus situs judi online adalah Zulkarnaen Apriliantori alias Tony Tomang yang disebut sebagai orang dekat Budi Arie Setiadi, Menteri Kominfo di Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden ke-7 RI Jokowi, yang kini menjadi Menteri Koperasi di Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo.
Tony disebut punya jaringan cukup luas di kalangan Ring 1 (Istana), dan punya kenalan banyak menteri, termasuk Budi Arie. Tony inilah yang disebut mengenalkan Adhi Kismanto alias Vollen kepada Budi Arie.
Adhi Kismanto disebut sebagai orang yang ahli “information technology” (IT) atau teknologi informasi. Meskipun bukan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemkominfo, tapi karena dibawa oleh Tony, maka Adhi Kismanto disebut diberi kepercayaan oleh Budi Arie untuk mengelola mesin/software crawling website-website judi online di Kemkominfo.
Sang TikToker kemudian menyimpulkan dua kemungkinan: pertama, Budi Arie patut diduga terlibat; dan kedua, begitu bodohnya Budi Arie sebagai seorang pejabat.
Sebab itu, ia mendesak Polda Metro Jaya memeriksa Budi Arie dalam kasus situs judi online di Kemkominfo yang baru saja ditinggalkannya.
Spekulasi pun makin liar ketika Prabowo mendadak menemui Jokowi di kediaman wong Solo itu. Ada yang menyebut pertemuan itu terkait penangkapan 16 orang tersangka yang mulai “bernyanyi” dan menyebut nama-nama tertentu yang diduga ikut terlibat atau menjadi atasannya.
Ada dua hal yang mungkin dibicarakan Prabowo dengan Jokowi. Pertama, mungkin, bagaimana cara menyelamatkan Budi Arie jika Ketua Umum Projo, relawan Pro-Jokowi itu nanti benar-benar terlibat dalam kasus perlindungan situs judi online di Kemkominfo, kini Kemkomdigi.
Kedua, mungkin Prabowo semacam minta izin atau restu atau “kulanuwun” kepada Jokowi jika nanti bekas Komandan Jenderal Kopassus itu membiarkan Budi Arie ditangkap polisi karena diduga terlibat kasus situs judi online di kementerian yang kini dipimpin Meutya Hafid.
Maklum, Projo adalah pendukung setia Jokowi sejak Pilpres 2014 dan 2019 dan berlanjut ke Pilpres 2024 dengan mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang didukung Jokowi. Keberadaan Budi Arie di kabinet pun ditengarai karena politik balas budi, bukan kapasitas, integritas dan profesionalitas.
Pemeriksaan terhadap Budi Arie makin menemukan relevansinya ketika isu politik yang mengiringi penangkapan 16 tersangka kasus situs judi online makin liar.
Lebih dari itu, Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi supremasi hukum dan menjadikan hukum sebagai panglima, sesuai prinsip kesetaraan di muka hukum atau “equality before the law”.
Tak ada yang kebal hukum di republik ini, termasuk Budi Arie Setiadi. Polri tak boleh takut!