Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)
Jakarta, Fusilatnews. – Setelah sempat “seret jodoh” gegara kekalahannya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, kini Anies Baswedan menemukan kembali pesona politiknya sehingga “enteng jodoh” lagi. Anies bahkan mulai laris manis, jadi rebutan.
Bila sebelumnya Partai Nasdem sempat resisten, kini partai politik besutan Surya Paloh itu mulai memberi lampu hijau mau mengusung Anies dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang akan digelar serentak di seluruh Indonesia pada 27 November mendatang, termasuk di Jakarta.
Selain Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga sudah memberikan sinyal yang sama: mengusung Anies sebagai calon gubernur di Pilkada Jakarta 2024.
Diketahui, Nasdem, PKB dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung Anies sebagai calon presiden di Pilpres 2024, berpasangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presidennya.
Apakah PKS juga akan mengusung Anies di Pilkada 2024? PKS, kata sejumlah elitenya, lebih memprioritaskan kadernya sendiri.
Hal berbeda terjadi dengan PDI Perjuangan.
Mendadak, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah menyatakan siap bekerja sama dengan PKB untuk mengusung Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta 2024. Anies pun menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada PDIP.
Tak kalah mendadak, sejumlah pihak juga mewacanakan Anies untuk dipasangkan dengan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo dalam Pilkada Jakarta 2024. Anies pun manyampaikan apresiasi yang sama kepada pihak-pihak yang mewacanakan Kaesang sebagai calon wakil gubernurnya.
Air dan Minyak
Selama Anies menjabat Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, hubungan bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu ibarat air dengan minyak, baik dengan PDIP maupun Jokowi.
Saat itu PDIP merupakan pendukung buta Jokowi, dan sebaliknya Anies diasumsikan sebagai antitesis Jokowi. Termasuk di Pilpres 2024.
Apalagi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, PDIP mengusung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat sebagai cagub dan cawagub, berhadapan dengan Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Bahkan pertarungan politik pilkada saat itu sedemikian kerasnya setelah Ahok terlibat penistaan agama yang memicu elemen-elemen umat Islam turun ke jalan mendesak Ahok dipenjara, termasuk kelompok 212. Dus, hubungan Anies dengan PDIP dan Jokowi, yang juga mendukung Ahok pun bertambah panas.
Nah, pada Pilpres 2024, Jokowi dan PDIP pecah kongsi. Namun kedua pihak sama-sama bukan pendukung Anies. Jokowi mendukung capres Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka, putra sulungnya sebagai cawapres, sementara PDIP mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud Md sebagai capres dan cawapres.
Nah, residu “konflik” Jokowi versus PDIP saat Pilpres 2024 itu ternyata masih tersisa hingga sekarang ini, sehingga PDIP pun mulai melirik Anies untuk diusung di Pilkada Jakarta 2024 bersama PKB.
Lawan dari lawan adalah kawan. Demikian adagium dalam politik yang mungkin juga dianut PDIP. Maka partai yang dikomandani Megawati Soekarnoputri ini pun berniat mengusung Anies yang merupakan antitesis dari Jokowi.
Pertanyaannya, hubungan Anies dengan PDIP dan Anies dengan Jokowi selama ini ibarat air dengan minyak yang tak dapat bersatu. Dalam Pilkada Jakarta 2024 nanti, apakah Anies bisa bersatu dengan menerima calon dari partai berlambang kepala banteng dalam lingkaran itu sebagai cawagubnya?
Begitu pun, apakah Anies juga bisa menerima Kaesang sebagai cawagubnya jika ternyata dia menolak berpasangan dengan calon dari PDIP?
Tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan. Demikian adagium yang berlaku di dunia politik. Kemarin kawan, hari ini lawan. Hari ini lawan, esok kawan. Demikianlah politik.
Dus, meski hubungan Anies dengan PDIP dan Anies dengan Jokowi selama ini ibarat air dengan minyak, bukan tidak mungkin kedua pihak akan bersatu demi kepentingan yang sama: Pilkada Jakarta 2024.
Apa pun bisa terjadi dalam politik. Demikian pun Anies, bisa berduet dengan calon dari PDIP ataupun Kaesang.
Peluang Anies-Calon PDIP atau Anies-Kaesang
Mungkin Anies bisa bersatu dengan calon dari PDIP atau pun Kaesang. Tapi para pendukung di akar rumput atau “grass roots” belum tentu bisa.
Selama ini PDIP dan Jokowi dikonotosikan sebagai anti-Islam, sedangkan para pendukung Anies mayoritas adalah kaum Muslim taat. Mungkinkah demi Anies menjadi gubernur, lalu para pendukung loyalnya mau mengubah persepsi bahwa PDIP dan Jokowi anti-Islam?
Jika perubahan persepsi itu terjadi, kemungkinan Anies terpilih bersama pasangannya dari PDIP atau Kaesang terbuka cukup lebar. Apalagi jika nanti PKS yang merupakan pemenang Pemilu 2024 di Jakarta melabuhkan dukungannya kepada Anies.
Namun, jika akar rumput pendukung Anies tetap mempersepsikan PDIP dan Jokowi anti-Islam, maka peluang bekas Rektor Universitas Paramadina Jakarta ini tak terlalu menggembirakan. Anies akan ditinggalkan para pendukung loyalnya di Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2024.
Begitu pun, akar rumput pendukung PDIP atau Jokowi juga belum tentu mau memilih Anies karena jejak perseteruannya dengan Ahok.
Apalagi, Partai Gerindra dan Partai Demokrat sudah pasti tidak akan mendukung Anies. Selain karena ketua umumnya, Prabowo Subianto merasa pernah dikhianati Anies, Gerindra juga sedang mengelus-elus jagoannya sendiri, yakni Budisatrio Djiwandono, anggota Komisi IV DPR RI yang merupakan anak dari bekas Gubernur Bank Indonesia (BI) Soedradjat Djiwandono, dan juga keponakan dari Prabowo Subianto.
Adapun Demokrat tidak bakal mendukung Anies juga karena merasa pernah dikhianati, lantaran ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono batal dipinang Anies sebagai cawapresnya di Pilpres 2024.
Plus, efek domino sesuai hukum Newton I di mana sebuah benda cenderung mempertahankan kedudukannya. Jika sebuah benda diam, maka ia akan cenderung tetap diam. Jika sebuah benda bergerak, maka ia akan cenderung terus bergerak.
Begitu pun Anies. Seusai kalah dalam Pilpres 2024, ia akan cenderung kalah lagi di Pilkada 2024. Kecuali Anies berduet dengan cawagub yang didukung oleh para pendukung loyalnya, dan “effort”-nya pun lebih tinggi daripada dalam Pilpres 2024.
Atau, Anies berduet dengan Kaesang, dan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu didukung oleh pemerintahan Prabowo-Gibran yang akan dilantik 20 Oktober nanti. Jika didukung Prabowo-Gibran dengan pembagian sembako atau bansos secara masif, misalnya, Anies-Kaesang kemungkinan besar akan menang.
Akan tetapi bila Budisatrio Djiwandono maju di Pilkada Jakarta 2024, akan sulit bagi Prabowo untuk mendukung Kaesang meskipun Prabowo telah dibantu Jokowi dalam Pilpres 2024 sehingga terpilih. Prabowo akan mengalami dilema. Bak menghadapi buah Simalakama. Tapi secara insting atau naluri, tentu Prabowo akan lebih memilih mendukung keponakannya, Budisatrio, daripada mendukung Kaesang, betapa pun Prabowo telah berutang budi kepada Jokowi.
[10:30, 10/06/2024] Yudi Karyudi: 🙏