FusilatNews- Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengaku sempat marah soal keberadaan CCTV di rumah Irjen Ferdy Sambo. Ia mengatakan ada dugaan yang salah terkait CCTV, hal itu perlahan terbukti dengan pencopotan 25 polisi oleh Kapolri.
“Jadi ini semua tergantung pada CCTV dan saksinya. Saya katakan di awal, kalau Anda baca berita nonton TV, sebenarnya saya marah, ‘saya akan lapor ke presiden’, itu bahasan ancaman saya untuk mengatakan ‘Hei kalian jangan bohong tentang CCTV’ dan tadi malam anda lihat Kapolri mengambil sikap untuk dia kemudian menindak 25 orang itu walaupun belum dapat dikatakan pasti bersalah, tapi sampai ada yang dicopot dimasukkan kurungan internal mereka berarti kan indikasi kuat bahwa memang ada langkah-langkah yang dikatakan sebagai obstruction of justice begitu,” kata Taufan dalam diskusi daring, Jumat (5/8/2022). Dikutip detik.com
Dia mengatakan Komnas HAM meributkan keberadaan CCTV karena melihat ada masalah terkait hal itu. Dia juga mengatakan ada upaya menjadikan Bharada E sebagai satu-satunya yang menanggung kasus tewasnya Brigadir Yoshua.
“Jadi kami ribut-ribut soal CCTV itu karena kami juga melihat ada langkah-langkah lain tapi saya belum bisa buka langkah-langkah yang memang sepertinya mengupayakan nanti Bharada E aja yang nanggung semua ini,” ujarnya.
Selain itu Komnas HAM mendapati keterangan saksi yang tak lihat langsung ada baku tembak. Dia mengatakan dari salah satu saksi soal tembak menembak, namun saksi itu hanya mendengar suara.
“Sama dengan Bharada E ini kan baru keterangan Bharada E sendirian yang kemudian diperkuat oleh keterangan Ricky yang juga berada di lantai bawah. Tetapi Ricky sebenarnya tidak melihat langsung tembak menembak itu, dia katanya melihat Yoshua mengacungkan senjata kemudian ketika ada suara tembakan dia sembunyi. Jadi dia nggak tahu sebenarnya lawan tembaknya Yoshua itu siapa menurut kesaksian dia. Setelah kemudian suara tembakan berhenti baru dia keluar dia lihat Yoshua sudah telungkup kemudian dia lihat Bharada E turun dari tangga,” ungkap Taufan.