Jakarta-Fusilatnews.—Mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini aktif senagai Kader PDIP, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok setelah resmi mundur dari Komisaris PT Pertamina (Persero) pada 2 Februari 2024, Ahok langsung menyerang Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Ahok pernah bertemu dengan Jokowi untuk membicarakan pencalonan Prabowo sebagai capres. Dia takut Prabowo bakal mengkhianati mantan Wali Kota Solo tersebut.
Ahok juga menyerang sejumlah kebijakan Jokowo terkait IKN. Termasuk juga soal pelanggaran etik dalam proses pencalonan Gibran sebagai cawapres.
Berikut rangkuman serangkaian serangan Ahok kepada Jokowi dan Prabowo, sampai dia disebut dengan mengadu domba.
Ahok Takut Jokowi Ditipu Prabowo
Ahok mengaku pernah mengingatkan Jokowi soal pencalonan Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo Subianto bisa berujung pengkhianatan.
“Saya khawatir Bapak tertipu, takut saya,” ujar Ahok mengungkapkan perkataannya ke Jokowi saat itu.
Ahok menyampaikan hal tersebut dalam acara dialog kebangsaan bersama umat kristiani di Gereja Hermon, Nunbaun Sabu (NBS), Kota Kupang, NTT, Rabu (7/2/2024).
Ahok mengaku banyak yang menanyakan soal dukungannya atas pencalonan Gibran.
Ahok lalu mencontohkan perpolitikan di Filipina. Yakni, aliansi Uniteam antara Presiden Ferdinand Bongbong Marcos Jr dengan dinasti Duterte yang saat ini di ambang perpecahan.
Mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte kini mengancam akan menggulingkan Marcos Jr dari kursi presiden. Padahal, dulu Rodrigo menyetujui anaknya, Sara Duterte, bersanding sebagai wakil presiden Bongbong Marcos hasil Pemilu 2022. Konflik ini juga dipicu konstitusi negara yang ingin diubah.
“Berantem sekarang, Bongbong tak peduli, Duterte sumpah mau menggulingkan Bongbong. Presiden itu kepala pemerintahan dan negara. Bisa apa nanti kalau sudah jadi presiden,” kata Ahok.
Dia mencemaskan hal itu akan terjadi di Indonesia. Ahok mengaku sudah mengingatkan Jokowi untuk mencegah pengkhianatan seperti itu terjadi di Indonesia setelah Pemilu 2024.
Ahok Ragukan Ketulusan Prabowo
Ahok meragukan ketulusan Prabowo Subianto kepada Jokowi. Ahok khawatir Prabowo tidak lagi mendengarkan suara Jokowi jika terpilih menjadi presiden.
“Kalau Pak Prabowo jadi presiden memangnya dia mau dengarin Pak Jokowi,” ujar Ahok.
Menurut Ahok, dari ketiga capres, Ganjar Pranowo yang layak untuk melanjutkan berbagai program Presiden Jokowi.
“Yang paling paham ini kayaknya Pak Ganjar begitu. Tapi saya kan nggak enak sama Pak Jokowi-nya, Ibu Mega juga nggak enak,” katanya.
Anies Baswedan, jelas Ahok, belum mampu membangun Indonesia. Ahok berkaca saat Anies memimpin DKI Jakarta.
“Kalau Pak Anies, di Jakarta saja lima tahun urus khusus ganti-ganti, apa yang kita mau bangun. Jadi apa yang mau dibangun,” tambahnya.
Sedangkan untuk Prabowo Subianto, kata Ahok, tidak memahami akan program-program dari Presiden Jokowi. Ahok menilai itu dari lima kali debat yang diselenggarakan oleh KPU.
“Terus Pak Prabowo, saya melihat udah lima kali debat ini kayaknya nggak paham ya program Pak Jokowi ya. Nggak nyambung dengan program Pak Jokowi,” tambah Ahok.
Ia pun meragukan ketulusan Prabowo kepada Jokowi ketika terpilih menjadi presiden.
“Saya khawatir Pak Prabowo itu tulus atau tidak sih sama Pak Jokowi. Negara ini kan kekuasaan tertingginya presiden sekaligus panglima tertinggi dan kepala negara,” jelasnya.
Ahok Sebut Pencalonan Gibran Melanggar Etik
Ahok menyebut pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres melanggar etika.
“Terbukti melanggar etika, memaksakan, walaupun secara konstitusi bisa jadi benar, karena MK (Mahkamah Konstitusi) memutuskan itu,” tegas Ahok.
Ahok menuturkan proses politik yang dijalani Gibran hampir sama dengan ayahnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi). Berawal dari Wali Kota Solo hingga menjadi presiden, Jokowi didukung oleh PDIP.
Demikian pula dengan Gibran bisa menjadi Wali Kota Solo karena didukung oleh partainya. Padahal, menurut Ahok, PDIP kala itu sudah memiliki calon selain Gibran. Namun, akhirnya Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memberi Gibran kesempatan.
“Siapa yang membuat Pak Jokowi menjadi presiden? Itu karena partai lho. Siapa yang membuat Gibran menjadi wali kota? Itu calonnya sudah ada. Sekdanya untuk jadi calon walikota dibatalin. Ibu Mega berpikir kasih anak muda kesempatan. Baru dua tahun belum kelihatan,” beber mantan Komisaris Pertamina itu.
Ahok pun menyentil Gibran yang seharusnya tidak memenuhi syarat menjadi cawapres. Sebelum diubah oleh MK, syarat usia capres dan cawapres minimal 40 tahun.
“Kita sepakat kalau jadi calon presiden itu 40 tahun minimal. Tiba-tiba, karena ada om berubah,” cecar mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Ahok Dituding Adu Domba Jokowi dengan Prabowo
Relawan Projo kemudian merespons pernyataan Ahok itu. Projo menilai pernyataan Ahok itu sebagai upaya adu domba dan merusak soliditas di Koalisi Indonesia Maju pengusung Prabowo-Gibran.
“Jokowi dan Prabowo solid. Sama-sama bercita-cita memajukan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujar Ketua Umum (Ketum) Relawan Projo Budi Arie Setiadi.
Budi menganggap ucapan yang disampaikan Ahok merupakan skenario picisan. Dia menuturkan Jokowi dan Prabowo memiliki visi yang kuat untuk bangsa.
“Kami yakin ini upaya pecah belah dan skenario murahan. Pak Jokowi dan Pak Prabowo punya visi yang kuat untuk bangsa ini,” ujar Budi.
Budi mengatakan Prabowo-Gibran merupakan paslon yang dapat menjadi suksesor pemerintahan Jokowi selama dua dekade terakhir. Dia mendorong keberlanjutan pembangunan harus diwujudkan.
“Pasangan Prabowo-Gibran adalah kelanjutan dari berbagai pencapaian pemerintahan Jokowi dalam hampir sepuluh terakhir ini. Kelanjutan pembangunan untuk bangsa dan rakyat harus terus diwujudkan. Berbagai kekurangannya kita perbaiki bersama,” ujar Budi.