Ketika membicarakan polusi udara di Indonesia, banyak orang dengan cepat menuding mobil sebagai biang keladinya. Wajar, mengingat jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar seperti Jakarta terus meningkat setiap tahun. Namun, sebuah pertanyaan besar muncul: mengapa di kota-kota seperti Beijing, Shanghai, atau Tokyo yang memiliki jumlah mobil jauh lebih banyak, udara mereka justru relatif lebih bersih dibandingkan kota-kota besar di Indonesia? Apakah mobil benar-benar satu-satunya penyebab polusi udara? Atau ada faktor lain yang lebih mendasar yang harus kita cermati?
1. Infrastruktur dan Regulasi yang Lemah
Salah satu perbedaan paling signifikan antara kota-kota besar di Indonesia dengan Beijing, Shanghai, atau Tokyo adalah perencanaan infrastruktur dan penegakan regulasi yang ketat terkait kualitas udara. Di negara-negara tersebut, pemerintah telah mengambil langkah serius dalam menangani masalah polusi udara melalui regulasi emisi yang ketat dan penerapan standar bahan bakar yang lebih bersih. China, misalnya, sudah menerapkan standar emisi yang mirip dengan Euro 6, yang jauh lebih ketat dibandingkan Indonesia yang masih mengandalkan standar emisi Euro 4.
Selain itu, sistem transportasi publik di kota-kota seperti Tokyo dan Shanghai jauh lebih maju dan menjadi andalan masyarakat. Penggunaan transportasi umum yang efisien mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, sehingga volume emisi dari sektor transportasi juga dapat ditekan. Sementara itu, di Indonesia, sistem transportasi publik masih tertinggal, membuat masyarakat cenderung memilih kendaraan pribadi yang berkontribusi besar terhadap polusi udara.
2. Pengelolaan Sampah yang Buruk
Salah satu penyebab utama polusi di Indonesia yang sering diabaikan adalah pengelolaan sampah yang buruk, terutama pembakaran sampah terbuka. Banyak kota di Indonesia masih menghadapi masalah dalam pengelolaan sampah domestik dan industri. Sampah-sampah ini sering dibakar tanpa pengawasan, menghasilkan emisi berbahaya yang langsung terlepas ke atmosfer. Di Jepang dan Tiongkok, sistem pengelolaan sampah telah diatur dengan sangat baik, sehingga polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran sampah hampir tidak ada.
3. Pengaruh Sektor Industri
Sektor industri di Indonesia, terutama di sekitar kota-kota besar, memainkan peran besar dalam meningkatkan polusi udara. Banyak pabrik dan industri yang masih menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, yang menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar. Di Tiongkok, yang juga merupakan salah satu produsen terbesar di dunia, pemerintah telah menerapkan kebijakan ketat untuk menekan emisi dari sektor industri dengan beralih ke energi terbarukan atau teknologi yang lebih bersih. Beijing, misalnya, telah menutup banyak pabrik batu bara dan menggantinya dengan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Sebaliknya, di Indonesia, penggunaan batu bara sebagai sumber energi utama masih sangat tinggi, terutama di pembangkit listrik dan industri berat. Hal ini diperparah dengan lemahnya penegakan hukum terhadap industri yang melanggar batas emisi yang ditentukan. Dengan demikian, meskipun jumlah kendaraan di Indonesia tidak sebanyak di Beijing atau Tokyo, polusi dari sektor industri menjadi faktor utama yang memperburuk kualitas udara.
4. Penggundulan Hutan dan Kebakaran Lahan
Indonesia juga menghadapi masalah lingkungan yang unik, yaitu kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi, terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran hutan ini sering kali disengaja untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan, namun dampaknya terhadap polusi udara sangat besar. Asap tebal dari kebakaran ini bisa menyebar hingga ke kota-kota besar, mencemari udara dengan partikel-partikel berbahaya yang mengancam kesehatan masyarakat.
Di Jepang, China, dan Korea Selatan, kebakaran hutan sangat jarang terjadi, dan jika pun ada, ditangani dengan cepat. Di Indonesia, kebakaran hutan sering kali berlangsung selama berbulan-bulan, menimbulkan kabut asap yang memperburuk kualitas udara di seluruh wilayah.
5. Peran Teknologi dan Pengawasan Kualitas Udara
Salah satu faktor lain yang membedakan kota-kota seperti Tokyo dan Shanghai dari Jakarta adalah penggunaan teknologi dalam memantau dan mengelola kualitas udara. Di negara-negara maju, pemerintah dan lembaga terkait memiliki jaringan sensor yang canggih untuk memantau tingkat polusi udara secara real-time. Data ini kemudian digunakan untuk mengambil langkah cepat dalam mengurangi polusi, seperti membatasi jumlah kendaraan di jalan atau menutup sementara industri yang menyebabkan peningkatan emisi.
Indonesia, sayangnya, masih tertinggal dalam hal ini. Pengawasan kualitas udara masih terbatas, dan langkah-langkah penanganan polusi sering kali reaktif dan bersifat sementara, bukan solusi jangka panjang yang menyeluruh.
6. Kultur dan Kesadaran Lingkungan
Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat juga memainkan peran penting. Di Jepang, misalnya, masyarakat sangat disiplin dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan transportasi publik. Mereka juga terbiasa mematuhi aturan tentang emisi kendaraan dan sampah. Sebaliknya, di Indonesia, kesadaran masyarakat tentang polusi udara masih rendah. Banyak orang yang belum menyadari dampak jangka panjang dari polusi udara terhadap kesehatan dan lingkungan, sehingga mereka cenderung abai terhadap kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi emisi.
Penutup: Mencari Solusi yang Komprehensif
Dari analisis di atas, jelas bahwa masalah polusi udara di Indonesia tidak bisa disalahkan hanya pada kendaraan bermotor. Meskipun mobil berkontribusi pada emisi, faktor-faktor lain seperti lemahnya regulasi, pengelolaan sampah yang buruk, industri yang tidak ramah lingkungan, kebakaran hutan, dan rendahnya kesadaran masyarakat juga memainkan peran penting dalam memperburuk kualitas udara.
Indonesia perlu belajar dari kota-kota seperti Beijing, Shanghai, dan Tokyo, yang telah berhasil mengatasi polusi udara meskipun jumlah kendaraan dan industrinya jauh lebih besar. Solusi jangka panjang harus mencakup perbaikan regulasi emisi, peningkatan infrastruktur transportasi publik, pengelolaan industri yang lebih baik, serta edukasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan demikian, kita bisa berharap Indonesia akan memiliki udara yang lebih bersih dan lingkungan yang lebih sehat di masa depan.