Tokyo – Fusilatnews – Perang Israel yang telah berlangsung selama setahun di Gaza telah merenggut nyawa sedikitnya 42.126 warga Palestina, dengan serangan Israel di Lebanon sejak Oktober 2023 juga menyebabkan lebih dari 2.169 orang tewas dan 1,2 juta lainnya mengungsi. Krisis kemanusiaan yang semakin mendalam di kedua wilayah ini memengaruhi jutaan orang, terutama anak-anak yang menjadi korban terbesar dari konflik berkepanjangan tersebut.
Situasi anak-anak di Gaza menjadi sorotan internasional ketika Toshiyuki Mimaki, salah satu ketua kelompok penyintas bom atom Nihon Hidankyo, menarik perbandingan antara penderitaan mereka dan anak-anak Jepang setelah Perang Dunia II. Mimaki, dalam konferensi pers di Tokyo, menggambarkan bagaimana anak-anak di Gaza berdarah dan dipeluk oleh orang tua mereka, serupa dengan tragedi yang dialami anak-anak di Hiroshima dan Nagasaki delapan dekade lalu.
“Di Gaza, anak-anak yang berdarah digendong oleh orang tua mereka, seperti yang terjadi di Jepang 80 tahun lalu,” ungkap Mimaki. “Anak-anak di Hiroshima dan Nagasaki kehilangan ayah mereka dalam perang dan ibu mereka dalam pengeboman. Mereka menjadi yatim piatu.”
Krisis Kemanusiaan dan Kehidupan Anak-anak di Gaza
Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza telah menghancurkan kehidupan anak-anak Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa lebih dari 14.000 anak telah tewas dalam perang ini, dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. Tidak ada tempat yang aman bagi mereka; setiap sudut wilayah ini menjadi medan perang yang menghancurkan masa kecil mereka dan memberikan trauma yang akan mereka bawa seumur hidup.
Anak-anak Gaza, yang seharusnya hidup dalam lingkungan yang penuh kasih dan keamanan, kini terjebak dalam kekerasan tanpa henti. Sekitar 1,9 juta orang di Gaza telah mengungsi, dengan separuh dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Mereka kehilangan akses ke air bersih, makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal yang layak. Rumah-rumah hancur, keluarga terpecah belah, dan kehidupan normal tak lagi ada.
Dukungan Kemanusiaan untuk Anak-anak Gaza yang Terlantar
Mimaki juga menekankan bahwa dukungan internasional sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa anak-anak ini. Banyak dari mereka yang tidak hanya terluka secara fisik, tetapi juga menderita trauma emosional yang mendalam akibat kehilangan keluarga, rumah, dan keamanan. Anak-anak ini membutuhkan perlindungan serta akses terhadap layanan kesehatan dan tempat tinggal yang memadai agar mereka dapat bertahan dan membangun kembali masa depan mereka.
Situasi ini semakin sulit karena fasilitas medis dan layanan penting lainnya di Gaza terus menjadi target serangan, membuat anak-anak dan keluarga mereka semakin rentan. Bantuan kemanusiaan yang mendesak dan upaya internasional yang terpadu diperlukan untuk melindungi anak-anak ini dari dampak lebih lanjut dari konflik yang tak kunjung usai.
Nihon Hidankyo Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2024
Di tengah penderitaan global ini, Nihon Hidankyo, gerakan yang mewakili para penyintas bom atom Hiroshima dan Nagasaki, menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2024 atas komitmen mereka dalam memperjuangkan perdamaian dan melawan penggunaan senjata nuklir. Para Hibakusha, yang telah melalui penderitaan akibat serangan nuklir, berdiri sebagai simbol harapan bagi dunia yang lebih damai, mengingatkan kita semua akan pentingnya melindungi generasi muda dari kengerian perang.
Penghargaan ini diberikan pada saat yang penuh makna, ketika dunia kembali dihadapkan pada krisis kemanusiaan besar di Gaza dan Lebanon. Tragedi ini menggarisbawahi pentingnya upaya global untuk melindungi generasi masa depan dari kekerasan, kehancuran, dan kehilangan yang tidak seharusnya mereka alami.
Sumber: TRTWorld