Washington, Jumat (7/2) – Pemerintahan Presiden Donald Trump berencana mempertahankan kurang dari 300 staf di Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dari total lebih dari 10.000 karyawan di seluruh dunia, menurut empat sumber yang dikutip Reuters pada Kamis.
USAID, sebagai lembaga utama Washington dalam bantuan kemanusiaan, menjadi sasaran program reorganisasi pemerintah yang dipimpin oleh pengusaha Elon Musk, sekutu dekat Trump, sejak presiden dari Partai Republik itu menjabat pada 20 Januari.
Menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut, hanya 294 staf yang akan dipertahankan, termasuk 12 di biro Afrika dan delapan di biro Asia.
“Ini keterlaluan,” ujar J. Brian Atwood, mantan kepala USAID selama lebih dari enam tahun. Ia menambahkan bahwa pemutusan massal ini secara efektif akan menghancurkan lembaga yang selama ini membantu menyelamatkan puluhan juta nyawa di seluruh dunia.
“Kemungkinan banyak orang tidak akan selamat,” tambah Atwood, yang kini menjadi peneliti senior di Watson Institute, Universitas Brown.
Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait kebijakan ini.
Trump dan Musk telah melontarkan tuduhan tak berdasar bahwa staf USAID adalah kriminal. Akibatnya, puluhan staf telah diberhentikan sementara, ratusan kontraktor internal dipecat, dan berbagai program penyelamatan nyawa di seluruh dunia kini terkatung-katung.
Pada Selasa, pemerintahan Trump mengumumkan akan menempatkan semua karyawan USAID yang dipekerjakan langsung dalam cuti administratif secara global serta menarik ribuan staf yang bekerja di luar negeri.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan bahwa pemerintahan sedang mengidentifikasi serta menetapkan program yang akan dikecualikan dari kebijakan penghentian kerja ini. Namun, kebijakan tersebut telah mengancam berbagai upaya global dalam mencegah penyebaran penyakit, menangani kelaparan, dan mengentaskan kemiskinan.
Para mitra pelaksana USAID kini menghadapi kesulitan keuangan akibat perintah penghentian kerja dari Departemen Luar Negeri.
Restrukturisasi ini diperkirakan akan mengacaukan kehidupan ribuan staf beserta keluarga mereka. Pemerintah berencana untuk menggabungkan USAID dengan Departemen Luar Negeri yang dipimpin oleh Rubio, yang kini juga ditunjuk sebagai administrator sementara USAID oleh Trump. Namun, rencana penggabungan tersebut masih belum jelas karena diperlukan persetujuan Kongres, mengingat USAID dibentuk serta didanai berdasarkan undang-undang yang masih berlaku.
Menurut Layanan Penelitian Kongres AS (CRS), USAID sebelumnya mempekerjakan lebih dari 10.000 orang di seluruh dunia, dua pertiganya berada di luar Amerika Serikat, serta mengelola dana lebih dari 40 miliar dolar AS pada tahun fiskal 2023.
Sumber di dalam lembaga tersebut mengatakan bahwa beberapa staf telah mulai menerima pemberitahuan pemutusan kerja pada Kamis.
Dalam situs resminya, USAID mengumumkan bahwa mulai tengah malam Jumat (7/2), seluruh pegawai tetap USAID akan ditempatkan dalam cuti administratif secara global, kecuali mereka yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi misi kritis, kepemimpinan inti, serta program yang ditunjuk secara khusus.
Staf yang termasuk dalam kategori penting diharapkan menerima pemberitahuan resmi paling lambat Kamis pukul 15.00.
Pada 2023, USAID memberikan bantuan ke sekitar 130 negara, termasuk yang terdampak konflik dan kemiskinan ekstrem. Penerima bantuan terbesar adalah Ukraina, diikuti oleh Ethiopia, Yordania, Republik Demokratik Kongo, Somalia, Yaman, dan Afghanistan, menurut laporan CRS.