Oleh : Karyudi Sutajah Putra
Jakarta – Banyak petahana anggota DPR RI gagal mempertahankan kursinya di Pemilu 2024. Termasuk yang punya nama besar. Mereka pun harus terdepak dari Senayan. Ternyata popularitas tak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Mengapa itu bisa terjadi?
Ini rahasia sukses I Made Urip bertahan lima periode di DPR RI.
“Memang sebuah anomali. Popularitas tak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas,” kata anggota DPR RI dari PDI Perjuangan I Made Urip yang tak maju lagi sebagai calon anggota legislatif (caleg) di Pemilu 2024 dalam wawancara eksklusif per telepon dengan Fusilatnews, Selasa (21/5/2024).
Adapun nama-nama besar petahana yang gagal lolos lagi ke Senayan di Pemilu 2024 berasal dari berbagai partai politik. Mereka ada yang pengurus parpol, artis, maupun pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD).
Dari PDIP sebut saja Eriko Sotarduga, Masinton Pasaribu, Djarot Saiful Hidayat, Johan Budi, Kris Dayanti, Arteria Dahlan, Trimedya Panjaitan, dan Hendrawan Supratikno.
Dari Partai Golkar ada Loedwick F Paulus yang merupakan sekretaris jenderal partai itu sekaligus Wakil Ketua DPR RI. Dari Partai Demokrat ada Syarief Hasan yang merupakan Ketua DPP sekaligus Wakil Ketua MPR RI.
Dari Partai Nasdem ada Taufik Basari yang merupakan Ketua DPP, dan dari Partai Amanat Nasional (PAN) ada Yandri Susanto yang merupakan wakil sekretaris jenderal partai itu sekaligus Ketua Komisi VIII DPR RI dan Wakil Ketua MPR RI.
Mereka kalah di gelanggang perang. Sebaliknya, I Made Urip tak merasa kalah karena memang anggota Komisi IV DPR RI ini tak maju lagi di Pemilu 2024. “Estafet. Gantian dengan yang lain yang lebih muda. Regenarasi,” cetusnya memberi alasan.
Menjadi “vokalis” alias vokal atau kritis sehingga populer di mata publik, menurut MU panggilan akrab Made Urip, bukan jaminan akan menaikkan elektabilitas. “Buktinya banyak ‘vokalis’ di Senayan yang berguguran. Bukan hanya pada pemilu ini, melainkan juga pada pemilu-pemilu sebelumnya,” jelas wakil rakyat dari Bali yang juga Ketua DPP PDIP ini.
Begitu pun, kata MU, sosok yang memang sudah terkenal sebelumnya seperti artis, juga tidak ada jaminan bisa mempertahankan kursinya di DPR RI. “Sekali lagi, popularitas tak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas,” cetus pria “low profile” yang mantan guru ini.
Lalu, apa rahasia sukses dirinya mampu bertahan di Senayan selama lima periode sejak Pemilu 1999 hingga Pemilu 2019 secara berturut-turut? “Turba. Kita harus rajin turba (turun ke bawah),” tukasnya.
Anggota DPR, kata MU, punya dua “atasan” sekaligus, yakni parpol tempat dia bernaung dan rakyat selaku konstituen alias pemilih. “Jadi kita harus baik dengan parpol sekaligus konstituen. Baik dengan parpol, ya harus loyal dan berdedikasi serta melaksanakan tugas dengan baik, termasuk tugas di DPR dengan rajin ikut rapat dan menyuarakan kepentingan parpol. Jika tidak, jangan harap kita dicalonkan lagi. Baik dengan rakyat, ya harus menyuarakan aspirasi rakyat sekaligus rajin turba untuk melayani rakyat,” paparnya.
Jika dua hal itu dapat dilaksankan dengan baik, MU yakin siapa pun petahana, di mana pun daerah pemilihannya, dan apa pun parpolnya, mudah-mudahan selalu terpilih dari pemilu ke pemilu. “Kecuali memang sudah tidak mencalonkan diri lagi seperti saya ini,” tandasnya.