Sejak pelantikan Menteri, Wakil Menteri, dan Pejabat Setingkat Menteri dalam Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Presiden Prabowo, muncul analisis mengenai siapa sebenarnya yang mengendalikan kabinet ini. Salah satu analisis datang dari Said Didu, yang menyatakan bahwa meskipun Prabowo menjabat sebagai presiden, “pengendali” utama kabinet ini tetaplah Joko Widodo (Jokowi). Analisis tersebut disandarkan pada beberapa kategori yang menentukan jalur masuk seseorang ke dalam kabinet.
Lima Jalur Masuk ke Kabinet
Menurut Said Didu, terdapat lima jalur utama yang digunakan untuk memasukkan individu ke dalam Kabinet Merah Putih. Kelima jalur tersebut mencerminkan kepentingan politik, ekonomi, dan kekuasaan yang kompleks, yaitu:
- Partai Politik: Jalur ini adalah yang paling umum, di mana anggota kabinet diusulkan oleh partai politik atau dititipkan oleh partai politik sebagai bagian dari koalisi yang dibangun.
- Profesional: Individu yang dipilih berdasarkan keahlian profesional, meskipun dalam praktiknya, banyak juga yang berasal dari afiliasi politik atau oligarki.
- Oligarki: Kelompok yang memiliki pengaruh besar melalui kekayaan dan koneksi, di mana mereka menempatkan orang-orangnya untuk mengamankan kepentingan ekonomi dan bisnis.
- Juru Maki: Istilah ini digunakan untuk menggambarkan individu yang ditugaskan untuk menyerang atau memaki siapa pun yang mengkritik atau tidak mendukung Jokowi dan Prabowo. Mereka berbeda dengan juru bicara yang bertugas menjelaskan kebijakan.
- Dinasti: Jalur ini digunakan untuk mengamankan kepentingan keluarga dan dinasti politik, di mana individu yang terafiliasi dengan keluarga penguasa ditempatkan di posisi strategis guna melindungi kepentingan pribadi dan bisnis keluarga.
Kombinasi Jalur dan Afiliasi
Said Didu menjelaskan bahwa beberapa individu yang masuk ke kabinet sering kali melalui lebih dari satu jalur. Misalnya, seseorang bisa mewakili partai politik, tetapi juga memiliki hubungan dengan oligarki, berperan sebagai juru maki, dan mengamankan kepentingan dinasti. Jalur yang dilalui oleh para anggota kabinet ini mencerminkan kompleksitas afiliasi mereka terhadap kekuasaan, baik terhadap Jokowi maupun Prabowo.
Analisis Afiliasi dalam Kabinet
Berdasarkan data Said Didu, mayoritas anggota Kabinet Merah Putih ternyata lebih banyak berafiliasi dengan Jokowi daripada dengan Prabowo, meskipun kabinet ini dibentuk oleh presiden yang berasal dari Partai Gerindra. Berikut adalah rincian afiliasi tersebut:
- Menteri: Dari total 38 menteri, 25 orang memiliki afiliasi kuat dengan Jokowi, sementara 13 orang berafiliasi dengan Prabowo.
- Wakil Menteri: Dari 16 wakil menteri, 9 orang terafiliasi dengan Jokowi dan 7 orang dengan Prabowo.
- Pejabat Setingkat Menteri: Dari total 19 pejabat, 11 orang terafiliasi dengan Jokowi, dan 8 orang dengan Prabowo.
Yang dimaksud dengan “afiliasi dengan Jokowi” menurut Said Didu adalah mereka yang dianggap sebagai loyalis atau titipan Jokowi, baik dari jalur oligarki, dinasti, maupun juru maki. Sementara itu, “afiliasi dengan Prabowo” mencakup individu yang memiliki hubungan personal dengan Prabowo atau mewakili Partai Gerindra.
Kesimpulan: Jokowi Masih Memegang Kendali
Kesimpulan Said Didu cukup jelas: Kabinet Merah Putih yang dibentuk oleh Presiden Prabowo didominasi oleh orang-orang yang memiliki afiliasi dengan Jokowi. Meskipun Prabowo secara resmi memimpin kabinet, pengaruh Jokowi dalam penunjukan dan pengendalian anggota kabinet sangatlah besar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jabatan presiden telah berpindah, Jokowi masih memiliki kekuatan signifikan dalam menentukan arah kebijakan negara melalui orang-orang yang ditempatkan di posisi strategis.
Hal ini mencerminkan dinamika politik Indonesia yang kompleks, di mana kekuasaan tidak selalu ditentukan oleh jabatan formal, tetapi oleh jaringan afiliasi, kepentingan ekonomi, dan kekuatan dinasti yang terus mengakar.