“Secara resmi kita tidak ada hubungan tetapi interpersonal teman-teman kadang mendapatkan undangan interfaith, sebagaimana halnya NGO lain,” ujar Prof Nasaruddin Senin (22/7/2024).
Jakarta – Fusilatnews – Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar menegaskan bahwa Masjid Istiqlal tidak ada hubungan kerja sama secara resmi NGO yang pro terhadap Zionis Israel bernama American Jewish Committee (AJC),
Namun Prof Nasaruddin mengakui bahwa beberapa pengurus Istiqlal terkadang mendapat undangan dialog lintas iman dari lembaga tersebut.”Secara resmi kita tidak ada hubungan tetapi interpersonal teman-teman kadang mendapatkan undangan interfaith, sebagaimana halnya NGO lain,” ujar Prof Nasaruddin Senin (22/7/2024).
Terkait Tanggapannya, soal PBNU yang mengeluarkan kembali intruksi agar tidak kerja sama dengan lembaga terafiliasi dengan Israel. Pendirian Istiqlal dikaitkan dengan kemitraan Leimena yang disebut kuat mempunyai hubungan dengan American Jewish Committee (AJC).
Dilansir dari laman resminya, AJC merupakan sebuah lembaga global yang “mendukung hak Israel untuk eksis dalam perdamaian dan keamanan.” AJC, uniknya, didirikan jauh 10 tahun setelah entitas Zionis Yahudi didirikan oleh Theodore Heazel dan Chaim Weizman tahun 1895. yakni pada 11 November 1906.Mengutip New York Times, AJC adalah “puncak organisasi-organisasi Yahudi yang ada di Amerika.” Basisnya bertebaran bukan hanya di Negeri Paman Sam, melainkan juga antara lain Uni Emirat Arab dan Jerman.
Menanggapi tragedi kemanusiaan di Jalur Gaza yang berlangsung sejak Oktober 2023 hingga kini, AJC secara implisit menampik peristiwa itu sebagai sebuah genosida. Organisasi ini justru menuding Hamas sebagai pelaku “pembantaian terburuk yang menimpa kaum Yahudi sejak Holocaust.”
Menurut penuturan dalam operasinya di Indonesia menggandeng Institut Leimena. Melalui kolaborasi sudah banyak menjalin kerja sama dengan pemerintahan dan ormas keislaman.
Kementerian Agama misalnya, saat masih dijabat menterinya Fakhrul Rozi, memberikan karpet merah untuk mengadakan dialog lintas budaya dan iman.
Tak hanya itu, rencana kerja sama konon diagendakan untuk membuat kurikulum pengenalan Yahudi di madrasah-madrasah dan pesantren. Modus operandi ini tercium dan tidak dilanjutkan pada masa kepemimpinan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Keterkaitan antara AJC dengan Leimena bukan isapan jempol. Dikutip dari Jewishlink.news, Ari Gordon menjelaskan kegiatan terbaru dalam upaya AJC untuk membangun dan memperluas hubungan Muslim-Yahudi adalah misi kepemimpinan selama 10 hari yang diselenggarakan oleh AJC pada Juli di Indonesia, tempat di mana (sebagaimana dinyatakan dalam siaran pers AJC) AJC telah terlibat selama dua dekade.
Dia mengatakan, sebagai bagian dari keterlibatan jangka panjang ini, AJC telah bekerja sama dengan Leimena Institute (LI), sebuah LSM Indonesia yang memajukan pluralisme, untuk menyelenggarakan webinar internasional mengenai topik-topik Yahudi dengan Kementerian Agama Indonesia.
Selama setahun terakhir, kata dia, AJC telah bekerja sama dengan Leimena Institute untuk mengajarkan kelas “Pengantar Yudaisme” selama tiga jam kepada para pendidik agama di Indonesia, termasuk sesi “Tanya Apa Saja”, sebagai bagian dari program sertifikat Cross Cultural Religious Literacy (CCRL).
“Pada tahun pertamanya saja, pelatihan CCRL telah menjangkau lebih dari 2.400 pendidik agama di 34 provinsi di Indonesia,” kata dia.
Dia menyebutkan, dalam kunjungan kepemimpinan ke Indonesia pada bulan Juli, staf dan anggota dewan AJC bertemu dengan para pejabat pemerintah terkemuka, yang sangat mendorong lebih banyak lagi inisiatif antar masyarakat.
Mereka juga bertemu dengan para jurnalis, tokoh agama, aktivis masyarakat, akademisi dan pemimpin bisnis, serta mengunjungi beberapa sekolah dan perguruan tinggi agama
Dalam sebuah program publik di Masjid Istiqlal (masjid terbesar di Asia Tenggara), Rabi Rosen dari AJC berpartisipasi dalam program publik untuk mempromosikan rasa saling menghormati melalui pendidikan, bersama dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, Syekh Nasaruddin Umar, dan para pemuka agama lainnya.
Gordon menjelaskan tentang misi di Indonesia. Dia mengatakan bahwa perjalanan ini mengungkapkan bahwa “Kami telah melangkah lebih jauh dalam membangun hubungan daripada yang kami perkirakan, namun perjalanan kami masih panjang,” tutur dia.
Menanggapi pertanyaan dari The Jewish Link mengenai kurangnya pengakuan resmi terhadap agama Yahudi di Indonesia, dia menyatakan bahwa negara ini sedang bergumul dengan beberapa masalah yang berkaitan dengan pelestarian demokrasi yang beragam, yang memiliki mayoritas Muslim, namun tidak memiliki karakter Islam secara eksplisit dalam konstitusi, sebanyak 87 persen warga negara beragama Islam-dan menurutnya akan ada perubahan di bidang ini di tahun-tahun mendatang.
“Merujuk Surat Edaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 4207/C.1.034/09/2021 tanggal 13 Shafar 1443 H/20 September 2021 M sebagaimana terlampir, dengan ini kami tegaskan bahwa instruksi untuk menghentikan dan/atau menangguhkan semua program/proyek kerja sama yang berhubungan dengan Institut Leimena, Institute for Global Engagement (IGE), dan American Jewish Committee (AJC), baik yang masih dalam rencana maupun yang sedang berjalan, tidak pernah dicabut dan masih berlaku hingga saat ini,” isi surat edaran tersebut.
Wakil Ketua Umum PBNU, Amin Said Husni menegaskan, surat pelarangan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Israel yang terbit di masa Kiai Said ditegaskan kembali pada masa kepengurusan Gus Yahya.
“Sebetulnya kebijakan untuk menangguhkan atau menghentikan kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional, seperti ACJ yang disebutkan secara eksplaisit di dalam surat itu ‘kan sudah terbit pada kepengurusan PBNU periode yang lalu ketika Ketua Umumnya KH Said Aqil Siroj,” ujar Amin Said dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (20/7/2024).