Ketahanan IPOLEKSOSBUDKAM negara kesatuan Republik Indonesia bukan saja ditentukan letak geografis, kondisi sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk atau banyaknya Tentara serta banyaknya mesin-mesin perangnya saja namun lebih diutamakan oleh kuatnya Mental dan Idiologi tiap anak bangsa serta tingkatan pola fikir para Elit pemangku kebijakan strategis di negeri ini.
Sejarah mencatat serangan umum yang terjadi 1 Maret 1949 yang gemilang memukul mundur tentara Belanda dari Yogyakarta selama enam jam menjadi bukti prestasi gemilang dan menunjukan kuatnya mental dan idiologi bangsa ini, begitupu pada pertempuran heoik di laut Aru pada tangga 15 Januari 1962 yang di pimpin langsung oleh Komodor Yos Sudarso dengan gagah berani serta kecerdikannya serta kesetianya pada negara menunjukan bagaimana seseorang tak mudah jadi alat negara atau Tentara yang harus mampu mengawaki senjata, bagaimana tidak saat itu pertempuran sangat tidak berimbang ketika sebuah Motor Torpedo Boat (MTB) yang sebesar perahu dan tanpa hulu perang berani melawan kapal Raksasa jenis Freegate Belanda dengan persenjataannya yang lengkap bahkan dikawal beberapa pesawat udara yang mematikan, tapi dengan modal Mental dan Idiologi serta tingkatan pola fikir yang cerdik Komodor Yos Sudarso maju kedepan untuk menghadang dan menjaga Marwah Negara kesatuan Republik Indonesia dari Arogansi Belanda yang menginkari dan melecehkan Kedaulatan NKRI.
Lalu bagaimana setianya Pasukan Siliwangi yang harus hijrah dan tetap bertempur baik dengan pasukan kolonial Belanda ataupun dengan kelompok-kelompok separatis yang ingin mengganggu existensi keberadaan NKRI atau mereka ingin mendirikan negara sendiri sesuai syahwatnya, kesetiaan Pasukan Siliwangi itupun didasarinoleh kuatnya Mental dan Idiologi serta tingkatan pola fikir jernih para prajuritnya walaupun mereka dalam kondisi yang serba sulit bahkan sengsara dalam pengembaraannya, apakah yang mendasari para pejuang tersebut diatas begitu peduli dan tabah bahkan rela mengorbankan jiwa raganya demi bangsa dan negara?
Jawaban atas pertanyaan diatas adalah: Karena tingkatan Mental dan Idiologi para pejuanglah yang membuat para pahlawan itu mampu tetap berjuang sampai tetes darah penghabisannya.
Tingkatan Mental yang kuat dan sehat jiwa adalah mereka yang mampu berfikir jernih, kritis, dinamis dan bijak dalam melihat suatu kondisi lingkungan sehingga putusan yang diambilnya sangatlah cepat dan tepat atau mampu tanggap, tanggon dan trengginas walaupun harus korbankan fikiran, tenaga, harta dan kesenangannya sekalipun, mereka sangat memegang teguh disiplin, hierarki dan kehormatan serta tabah sampai akhir hayatnya walaupun dirinya, keluarganya ataupun kelompoknya harus menderita bahkan kehilangan nyawa sekalipun, namun perjuangannya sangatlah tidak sia-sia, bukan? FAKTAnya kita mampu merdeka, berdaulat dan bernegara serta tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan catatan tersebut diatas lalu bagaimanakah kondisi Mental dan Idiologi para Elit pemangku kebijakan strategis negeri saat ini?
Sungguh ironis nasib negeri ini bila sudah disusupi para penyamun yang rakyatnya bila tak punya kuasa hanya jadi objek penderita semata.
Kenapa tak mau bangkit saudara sebangsa dan setanah airku tuk JAYAKAN NEGERI dan KOBARKAN SEMANGAT PERTEMPURAN melawan AROGANSI dan KELICIKAN PARA PENYAMUN dengan PENINGKATKAN MENTAL DAN IDIOLOGI serta LEVEL BERFIKIR?
Bila dahulu Patih Gajah Mada bersumpah :
“Tan Amukti Palapa Lamun Durung Purwa Amusti Nusantara”
Para Elit Kini motto hidup dan Mental serta Idiologinya:
“Tan Bhakti Nusantara Lamun Durung Sugih Mukti Kulawarga Lan Parakantja”
SALAM SEHAT JIWA RAGA
Oleh : NOTO ROGO