Oleh : Rikio Suma
Jepang dikenal dengan filosofi manajemen perusahaannya yang unik, menggabungkan etika bisnis dengan kesejahteraan sosial. Salah satu tokoh yang berkontribusi besar dalam membentuk pola pikir ini adalah Eiichi Shibusawa, yang sering disebut sebagai “bapak kapitalisme Jepang.” Namun, alih-alih menekankan kapitalisme murni, ia mengembangkan konsep “gappon,” yang mengutamakan keseimbangan antara bisnis dan tanggung jawab sosial. Filosofi ini telah mewarnai dunia bisnis Jepang hingga saat ini dan menjadi inspirasi bagi banyak perusahaan di seluruh dunia.
Filosofi “Gappon” dan Warisannya dalam Manajemen Perusahaan Jepang
Dalam dunia bisnis Jepang, pemikiran Eiichi Shibusawa menjadi fondasi bagi pendekatan manajerial yang unik dan etis. Ia dikenal sebagai “bapak kapitalisme Jepang,” namun tidak pernah menyebut dirinya sebagai kapitalis. Sebaliknya, ia mengusung konsep “gappon,” sebuah prinsip yang menekankan penyatuan sumber daya manusia dan modal demi kepentingan publik. Konsep ini bukan sekadar pencarian keuntungan, melainkan upaya untuk menciptakan manfaat bagi masyarakat luas.
Shibusawa meyakini bahwa perusahaan bukan hanya alat untuk menumpuk kekayaan pribadi, melainkan juga sarana untuk memperbaiki kondisi sosial. Hal ini tercermin dalam keterlibatannya dalam mendirikan berbagai institusi sosial, seperti Kamar Dagang dan Industri Jepang, bursa saham, Palang Merah Jepang, universitas, dan berbagai lembaga kesejahteraan. Filosofi ini kemudian diwarisi oleh pemimpin bisnis terkemuka seperti Konosuke Matsushita dan Kazuo Inamori, serta diadopsi oleh banyak usaha kecil dan menengah (UKM) di Jepang.
Penerapan “Gappon” dalam Perusahaan Modern
Pendekatan manajerial berdasarkan filosofi “gappon” tetap relevan dalam lanskap bisnis modern Jepang. Salah satu contoh adalah filosofi “semangat altruisme” yang diterapkan oleh pendiri HARDLOCK Industry. Perusahaan-perusahaan yang mengadopsi pendekatan ini tidak hanya berfokus pada laba, tetapi juga pada kontribusi sosial dan keberlanjutan jangka panjang.
Konsep yang dikembangkan Shibusawa juga sejalan dengan nilai-nilai manajemen Jepang yang mengedepankan kepercayaan, kerja sama, dan tanggung jawab sosial. Budaya perusahaan di Jepang sering kali menekankan pentingnya keharmonisan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan, yang menciptakan lingkungan kerja yang stabil dan produktif.
Relevansi Filosofi Shibusawa dalam Tantangan Ekonomi Global
Di tengah tantangan ekonomi global saat ini, filosofi manajemen Shibusawa tetap relevan. Model bisnis yang hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek mulai kehilangan daya tarik, sementara pendekatan yang menekankan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial semakin diapresiasi. Banyak perusahaan Jepang yang bertahan dalam kompetisi global karena tetap berpegang pada prinsip-prinsip etika bisnis yang diwariskan oleh Shibusawa.
Selain itu, konsep “gappon” juga dapat menjadi inspirasi bagi negara lain yang ingin mengembangkan model bisnis yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan menekankan keseimbangan antara kepentingan bisnis dan kesejahteraan sosial, model ini dapat menjadi solusi bagi banyak permasalahan ekonomi modern, termasuk kesenjangan sosial dan ketimpangan ekonomi.
Kesimpulan
Filosofi manajemen yang diwariskan oleh Eiichi Shibusawa tetap menjadi elemen penting dalam budaya bisnis Jepang. Prinsip “gappon” yang ia usung telah membentuk karakter perusahaan-perusahaan Jepang yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Warisan ini tidak hanya diteruskan oleh perusahaan besar, tetapi juga menjadi bagian dari DNA banyak UKM di Jepang.
Dengan semakin kompleksnya tantangan ekonomi global, filosofi ini bisa menjadi model yang relevan bagi dunia bisnis internasional. Perusahaan yang mampu menyeimbangkan antara kepentingan bisnis dan kesejahteraan masyarakat akan memiliki daya tahan lebih besar dalam menghadapi perubahan zaman.