Oleh: Entang Sastraatmadja
“Beras Bulog” adalah beras yang dikelola dan didistribusikan oleh Perum Bulog, lembaga pemerintah yang bertanggung jawab mengatur ketersediaan serta distribusi pangan, terutama beras, di Indonesia.
Secara umum, beras Bulog memiliki sejumlah keunggulan. Pertama, kualitas yang relatif terjamin, sebab Bulog melakukan pengawasan ketat sejak pengadaan hingga penyimpanan. Kedua, harga yang stabil, karena Bulog menjaga agar beras tetap terjangkau bagi masyarakat. Ketiga, ketersediaan yang terjamin, sebab Bulog secara rutin melakukan pengadaan dan penyimpanan untuk memastikan pasokan tidak terputus.
Beras Bulog biasanya dipasarkan melalui jalur tradisional—pasar, toko, hingga program bantuan pangan bagi warga yang membutuhkan. Namun, citra “beras Bulog” di mata masyarakat ternyata tidak tunggal. Ada yang memandang positif, ada pula yang masih menyisakan keraguan.
Citra Ganda di Mata Publik
Data menunjukkan 61,11% masyarakat memiliki persepsi positif terhadap beras Bulog. Namun, 38,89% lainnya menilai negatif—umumnya terkait kualitas dan ketersediaan. Lebih jauh, preferensi masyarakat untuk benar-benar memilih beras Bulog sebagai konsumsi utama masih rendah, hanya 64,81%.
Hubungan antara persepsi dan preferensi pun tidak terlalu kuat, dengan keeratan hanya 0,34. Artinya, meski publik punya pandangan positif, tidak otomatis mereka menjadikan beras Bulog sebagai pilihan utama. Hal ini wajar—ibarat pepatah: “rambut sama hitam, pikiran tak pernah seragam.”
Langkah Serius Bulog
Pasca panen raya April 2025, Perum Bulog berhasil menyerap 1 juta ton setara beras dari petani. Strategi ini penting bukan hanya untuk menambah stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP), tetapi juga untuk menopang swasembada pangan.
Bulog menurunkan tim langsung ke sawah, bekerja sama dengan penggilingan padi besar maupun kecil, serta berkoordinasi dengan dinas pertanian, penyuluh, bahkan TNI untuk memantau titik panen. Hasilnya, serapan menembus 2 juta ton dan stok nasional kini lebih dari 4 juta ton.
Kualitas dan Harga: Faktor Penentu
Pertanyaan yang tak kalah penting: bagaimana kualitas beras Bulog hari ini?
Jujur, kualitasnya jauh lebih baik dibanding masa lalu. Harga pun relatif bersahabat. Sebagai contoh, beras medium Bulog dijual Rp47.000 per 5 kg, sedangkan di pasaran harga medium bisa mencapai Rp296.000 per karung 25 kg. Stabilitas harga inilah yang membuat beras Bulog laris di pasaran.
Pedagang mengakui, penjualan beras Bulog cukup lancar. Konsumen memilihnya karena kombinasi antara harga terjangkau dan kualitas yang tak lagi dianggap sekadar “beras cadangan.” Bulog pun menjaga mutu lewat pengawasan kualitas yang ketat serta pengelolaan stok yang efektif.
Penutup: Harapan dan Tantangan
Ke depan, citra beras Bulog masih harus terus dibangun. Ia bisa menjadi kebanggaan warga bangsa, bahkan menembus pasar dunia. Namun, tugas Bulog tak ringan: menjaga kualitas, menstabilkan harga, dan menguatkan kepercayaan publik.
Beras bukan sekadar komoditas, melainkan urat nadi bangsa. Dan di balik sebutan “beras Bulog”, tersimpan harapan sekaligus tantangan besar: menjadikannya simbol ketahanan pangan nasional, bukan sekadar cadangan darurat.
(Penulis, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat)

Oleh: Entang Sastraatmadja




















