• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Crime

Korupsi sebagai Habitus: Pelajaran dari Georgia, Estonia, dan Singapura untuk Indonesia

Ali Syarief by Ali Syarief
September 14, 2025
in Crime, Feature
0
Mempertanyakan Pembebasan Bersyarat Koruptor
Share on FacebookShare on Twitter

Fusiltanews – Di banyak negara, korupsi dipandang sebagai penyimpangan. Di Indonesia, ia kerap dirasakan sebagai bagian dari keseharian: “uang rokok” untuk mempercepat layanan, “setoran” dalam birokrasi, hingga politik uang dalam pemilu. Normalisasi inilah yang membuat korupsi lebih sulit diberantas. Ia telah berubah menjadi habitus, warisan budaya politik yang direproduksi dari generasi ke generasi.

Pendahuluan

Korupsi di Indonesia telah lama menjadi fenomena yang tidak sekadar menyangkut pelanggaran hukum. Ia telah menyusup begitu dalam ke dalam sendi kehidupan politik, birokrasi, dan interaksi sosial, sehingga terasa “wajar” meski jelas-jelas salah. Dalam bahasa Pierre Bourdieu, korupsi telah menjelma menjadi sebuah habitus: seperangkat disposisi yang diwariskan, direproduksi, dan dianggap alamiah. Fenomena ini menjelaskan mengapa berbagai upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sering menemui jalan buntu.

Untuk mengubah habitus korupsi, dibutuhkan strategi yang tidak hanya menindak individu, melainkan merombak struktur, institusi, dan budaya yang membentuknya. Beberapa negara pernah berada dalam situasi serupa, namun berhasil melakukan transformasi. Georgia, Estonia, dan Singapura adalah contoh penting yang dapat memberi inspirasi bagi Indonesia.

Habitus Korupsi di Indonesia

Michael Johnston mengidentifikasi empat sindrom korupsi: influence market, elite cartel, oligarchs and clans, serta official moguls. Uniknya, Indonesia tampak mengidap semuanya sekaligus. Politik uang, patronase dalam birokrasi, dominasi oligarki, hingga budaya “uang rokok” dalam pelayanan publik, telah membuat korupsi melekat dari level elit hingga kehidupan sehari-hari masyarakat.

Masalah ini semakin rumit karena didukung oleh struktur politik yang memungkinkan praktik transaksional terus berlangsung. Biaya tinggi dalam kontestasi elektoral, lemahnya transparansi pembiayaan partai, dan birokrasi yang masih sarat kepentingan politik menjadikan korupsi bukan sekadar penyimpangan, melainkan mekanisme yang direproduksi dari waktu ke waktu.

Georgia: Reformasi Radikal dan Momentum Politik

Pada awal 2000-an, Georgia dianggap salah satu negara paling korup di dunia. Di bawah rezim Eduard Shevardnadze, praktik suap dalam kepolisian dan layanan publik begitu mengakar hingga menjadi rutinitas. Kondisi ini persis dengan definisi korupsi sebagai habitus: praktik ilegal yang dianggap normal.

Perubahan drastis terjadi setelah Revolusi Mawar (2003). Pemerintah baru melakukan langkah ekstrem: seluruh polisi lalu lintas dipecat, perekrutan ulang dilakukan dengan seleksi ketat, gaji dinaikkan, dan layanan publik didigitalisasi. Reformasi ini tidak hanya membersihkan institusi, tetapi juga menciptakan norma baru. Publik, yang sebelumnya terbiasa “membayar pelicin”, mulai melihat integritas sebagai hal yang wajar.

Namun, pelajaran penting dari Georgia adalah bahwa momentum politik sangat menentukan. Reformasi berhasil karena ada keberanian politik untuk melakukan langkah-langkah radikal dan menanggung risiko sosial jangka pendek.

Estonia: Digitalisasi sebagai Senjata Antikorupsi

Estonia, negara kecil di Eropa Timur yang keluar dari Uni Soviet, mewarisi birokrasi penuh korupsi. Namun, alih-alih mengandalkan penindakan semata, Estonia memilih strategi digitalisasi menyeluruh. Hampir semua layanan publik kini dilakukan secara daring: registrasi bisnis, pembayaran pajak, hingga e-procurement.

Dengan sistem ini, interaksi tatap muka antara warga dan pejabat nyaris dihapus. Akibatnya, ruang untuk negosiasi informal—yang sering membuka jalan bagi suap—berkurang drastis. Transparansi data juga memudahkan publik mengawasi kebijakan pemerintah.

Estonia membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi instrumen kunci untuk merombak habitus korupsi. Di Indonesia, inisiatif seperti e-budgeting dan e-procurement memang sudah ada, namun sering terhambat oleh resistensi politik dan manipulasi sistem.

Singapura: Kombinasi Penegakan dan Pendidikan

Singapura pernah menghadapi masalah korupsi serius pada awal kemerdekaannya. Namun, melalui pembentukan lembaga antikorupsi yang independen—Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB)—negara ini menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Para pejabat tinggi sekalipun tidak kebal dari jerat hukum.

Keberhasilan Singapura tidak hanya karena penegakan hukum yang tegas, melainkan juga strategi tiga serangkai: investigasi, pencegahan, dan pendidikan publik. Pemerintah tidak hanya menghukum, tetapi juga mempersempit peluang korupsi melalui regulasi dan membangun norma sosial baru melalui pendidikan.

Pelajaran dari Singapura jelas: perubahan habitus membutuhkan kombinasi stick (hukuman keras) dan carrot (pendidikan dan pencegahan).

Analisis: Jalan untuk Indonesia

Dari tiga kasus di atas, ada beberapa pelajaran penting bagi Indonesia:

  1. Korupsi adalah masalah struktural, bukan hanya moral.
    Ia berakar pada sistem politik transaksional, birokrasi yang patrimonial, serta budaya sosial yang permisif. Karena itu, pemberantasan harus menyasar struktur, bukan hanya individu.
  2. Momentum politik sangat krusial.
    Reformasi besar hanya mungkin terjadi ketika ada keberanian politik. Georgia berhasil karena ada tekad politik pasca-Revolusi Mawar. Indonesia pun membutuhkan “titik balik” yang memaksa perubahan radikal.
  3. Digitalisasi harus dimanfaatkan secara serius.
    Estonia menunjukkan bahwa teknologi bisa mengurangi korupsi sehari-hari. Indonesia perlu mendorong digitalisasi yang transparan dan tidak bisa dimanipulasi oleh elite.
  4. Lembaga antikorupsi harus dilindungi.
    Singapura dan Hong Kong sukses karena memberi independensi penuh pada lembaga antikorupsi. Sebaliknya, pelemahan KPK di Indonesia menunjukkan betapa rapuhnya institusi jika tidak dijaga dari intervensi politik.
  5. Budaya publik harus diubah.
    Pendidikan antikorupsi sejak sekolah dasar, kampanye menolak gratifikasi, dan partisipasi masyarakat sipil dalam pengawasan adalah kunci untuk menggantikan habitus lama dengan habitus baru.

Kesimpulan

Korupsi di Indonesia memang sudah menjadi habitus, tetapi bukan berarti tak bisa diubah. Pengalaman Georgia, Estonia, dan Singapura menunjukkan bahwa perubahan mungkin dilakukan, asalkan menyasar struktur, institusi, dan budaya sekaligus.

Indonesia membutuhkan kombinasi reformasi politik, birokrasi, dan teknologi, diperkuat oleh lembaga antikorupsi yang independen dan perubahan budaya publik. Tanpa itu, pemberantasan korupsi akan terus menjadi ritual tanpa hasil, dan habitus lama akan terus direproduksi.

Perubahan habitus korupsi memang tidak mudah. Tetapi sejarah menunjukkan: negara yang berani mengambil langkah radikal mampu keluar dari jebakan normalisasi korupsi. Pertanyaan bagi Indonesia adalah: adakah kemauan politik dan keberanian masyarakat untuk menolak menjadikan korupsi sebagai sesuatu yang “biasa-biasa saja”?

 

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

KORUPSI SEBAGAI HABITUS

Next Post

NU Tak Bisa Disandera Keluarga: Tuntutan Mundur Ketua PBNU

Ali Syarief

Ali Syarief

Related Posts

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili
Bencana

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
Dalih Sosok Manusia Pendusta; “Tidak Wajib Memperlihatkan Ijazahnya”
Feature

Pengadilan yang Akan Seru dan Sengit – Ijazah yang Tak Pernah Diperlihatkan

November 7, 2025
Feature

SMOKE AND MIRRORS DI BALIK WHOOSH: ILUSI HEROISME, HILANG SUBSTANSI

November 7, 2025
Next Post
Jejak Gelap Kuota Haji: KPK Bongkar Dugaan Penghilangan Barang Bukti di Kantor Maktour Travel

NU Tak Bisa Disandera Keluarga: Tuntutan Mundur Ketua PBNU

Ketum PBNU: Masyarakat Tak Boleh Jadi Korban Pembangunan Rempang Eco City

Tuntutan Mundur Ketua PBNU: Desakan Muktamar Luar Biasa di Tengah Skandal Haji

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Pemarintah Akui Kebijakan Pemerintah Membuat Warga di Pulau Rempang Tidak Nyaman
Birokrasi

Komisi Basa-basi Reformasi Polri

by Karyudi Sutajah Putra
November 7, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI) Jakarta - Berdasarkan Keputusan Presiden No 122P Tahun 2025,...

Read more
Naik karena Rakyat, Tumbang karena Cendekia

Macan Asia Itu Kini Mengembik

November 6, 2025
Jawaban Nasdem Terkait Tudingan Uang Rp 30 M  Disita KPK, Akan Digunakan Untuk Keluarga Nyaleg

Tak Mungkin Jeruk Makan Jeruk: Masih Sanggupkah Ahmad Sahroni, Eko Patrio dan Nafa Urbach Berkepala Tegak?

November 6, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
MILAD KE 80 MASYUMI –  Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

MILAD KE 80 MASYUMI – Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

November 7, 2025
Dalih Sosok Manusia Pendusta; “Tidak Wajib Memperlihatkan Ijazahnya”

Pengadilan yang Akan Seru dan Sengit – Ijazah yang Tak Pernah Diperlihatkan

November 7, 2025

SMOKE AND MIRRORS DI BALIK WHOOSH: ILUSI HEROISME, HILANG SUBSTANSI

November 7, 2025

WHOOSH BUKAN BARANG PUBLIK BUKAN INVESTASI SOSIAL

November 7, 2025
Pemarintah Akui Kebijakan Pemerintah Membuat Warga di Pulau Rempang Tidak Nyaman

Komisi Basa-basi Reformasi Polri

November 7, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
MILAD KE 80 MASYUMI –  Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

MILAD KE 80 MASYUMI – Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

November 7, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist