Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)
Jakarta, Fusilatnews – Penolakan demi penolakan ditunjukkan warga Jakarta kepada Ridwan Kamil, calon gubernur Jakarta pada Pilkada 2024 yang akrab dipanggil Kang Emil. Mereka seolah mengatakan, Betawi bukan kampung ente, Kang Emil?
Kang Emil yang berpasangan dengan calon wakil gubernur Suswono di Pilkada Jakarta 2024 akan berhadapan dengan pasangan cagub-cawagub, Pramono Anung-Rano Karno yang diusung PDI Perjuangan bersama Partai Hanura, dan pasangan cagub-cawagub, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto yang maju dari jalur independen.
Adapun Kang Emil-Suswono diusung 13 partai politik. Rinciannya, empat parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju di Pilpres 2024 yang mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Lalu, tiga parpol yang tergabung dalam Koalisi Perubahan di Pilpres 2024 yang mendukung pasangan capres-cawapres, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, yakni Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Plus, enam parpol nonparlemen, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, Partai Gelora, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Garuda.
Penolakan terhadap Kang Emil mula-mula ditunjukkan warga Jakarta Utara, ketika bekas Gubernur Jawa Barat itu berziarah ke Makam Mbah Priok, Kamis (5/9/2024). Bahkan para penolak Kang Emil meneriakkan nama Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 yang gagal beroleh tiket cagub di Pilkada 2024 baik di Jakarta ataupun di Jawa Barat.
Penolakan sebelumnya ditunjukkan The Jakmania, wadah suporter Persija Jakarta, saat Kang Emil minta bertemu mereka.
Ketua Umum The Jakmania Diky Soemarno berdalih, rencana Kang Emil menemui The Jakmania tergantung pada klub Persija. Diky meminta Kang Emil menemui Persija terlebih dahulu sebelum bertemu The Jak.
Menurut Diky, Ahad (1/9/2024), secara prinsip The Jakmania fokus ke Persija, sehingga The Jak akan mengikuti apa kata Persija.
Penolakan teranyar terhadap Kang Emil ditunjukkan warga Betawi yang tergabung dalam Forum Betawi Rempug (FBR) di Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (6/9/2024) saat Kang Emil berkunjung ke Markas Badan Musyawarah (Bamus) Betawi.
Mengapa Ditolak?
Sejauh ini kita belum pernah mendengar warga Jakarta menolak kehadiran Pramono-Rano atau Kun-Kun. Mengapa?
Pertama, para penolak Kang Emil itu adalah pendukung militan Anies Baswedan. Ketika bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu gagal beroleh tiket cagub, maka yang disalahkan tentulah Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Kang Emil-Suswono. Pasalnya, KIM yang terafiliasi dengan Presiden Jokowi serta Presiden terpilih Prabowo Subianto telah memborong dukungan puluhan parpol, sehingga Anies tak kebagian parpol pendukung. Kang Emil- Suswono pun dianggap sebagai antitesis Anies.
Kedua, ada adagium lawan dari lawan adalah kawan. Pramono-Rano dan Kun-Kun akan berlawanan dengan Kang Emil-Suswono. Jadi, bagi para pendukung militan Anies, Pramono-Rano dan Kun-Kun adalah kawan.
Politik Identitas
Dalam survei berbagai lembaga, elektabilitas Kang Emil-Suswono di Pilkada Jakarta 2024 berada di posisi puncak, disusul Pramono-Rano dan Kun-Kun. Maklum, Kang Emil-Suswono didukung 13 parpol.
Namun jangan lupa, Pilkada Jakarta selalu memunculkan anomali. Calon yang didukung mayoritas parpol justru tersungkur.
Sebut saja Pilkada DKI Jakarta 2012 yang dimenangkan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama melawan Fauzi Bowo alias Foke, petahana yang berpasangan dengan Nahrawi Ramli.
Lalu, Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dimenangkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, mengalahkan petahana Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat, meskipun saat itu ada “forces majeur” ditetapkannya Ahok sebagai tersangka penodaan agama.
Kini, masing-masing pasangan calon sedang berebut dukungan dan simpati warga Jakarta. Termasuk melalui profil tim suksesnya.
Politik identitas pun tak terelakkan. Politik identitas tidak melulu soal agama, tetapi juga ikatan etnis, kesukuan, atau primordial.
Pasangan Pramono-Rano, misalnya, menunjuk komedian Lies Hartono sebagai ketua tim pemenangannya, juga Cornelia Agatha dan Maudy Kusnadi, meskipun akhirnya pemeran Zaenab dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” itu menarik diri.
Tak dapat dipungkiri, tampilnya pemeran karakter Sarah dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” itu demi menarik simpati warga Betawi, penduduk asli Jakarta, mengingat sinetron yang disutradarai Rano Karno itu kental dengan nuansa Betawi.
Bahkan saat mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, Pramono-Rano menumpang mobil opelet yang digunakan sebagai properti dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”.
Begitu pun penunjukan Lies Hartono yang beretnis Jawa adalah demi menarik simpati warga Jakarta dari etnis Jawa yang merupakan jumlah terbesar di atas etnis Betawi.
Kang Emil-Suswono pun tak mau kalah. Mereka mengidentifikasi diri mewakili Betawi, dengan selalu menghadirkan pernak-pernik khas Betawi seperti Ondel-ondel dan Palang Pintu dalam setiap aktivitas sosialisasi. Pakaian yang dikenakan Kang Emil-Suswono pun kerap bernuansa Betawi.
Kang Emil-Suswono juga memasang Ahmad Sahroni yang asal Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebagai ketua tim suksesnya meskipun belum final.
Akankah pada akhirnya Betawi akan menjadi kampung kedua Kang Emil setelah Jabar? Kita tunggu saja tanggal mainnya 27 November mendatang.