• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Era Ketidakpercayaan: Ketika AI Mengaburkan Batas Antara Fakta dan Fiksi

fusilat by fusilat
November 4, 2025
in Feature, Science & Cultural
0
Era Ketidakpercayaan: Ketika AI Mengaburkan Batas Antara Fakta dan Fiksi
Share on FacebookShare on Twitter

You cannot trust what you read.
You cannot trust what you hear.
And now, thanks to AI, you cannot even trust what you see.

Pernyataan ini, yang dahulu mungkin terdengar hiperbolis, kini menjadi diagnosis paling akurat atas zaman kita. Dunia yang dibangun di atas rasionalitas dan bukti empiris tengah runtuh oleh kekuatan baru bernama artificial intelligence.

Ketika Alibaba memperkenalkan Wan 2.2, publik dibuat terperangah: sistem ini mampu meniru suara seseorang, memetakan gerak tubuh ke wajah lain, dan menciptakan video yang sepenuhnya realistis. Dalam hitungan detik, wajah, suara, bahkan gaya bicara seseorang bisa direkonstruksi tanpa jejak palsu yang kentara.

Bayangkan skenario sederhana: orang tua Anda menerima panggilan video dari “Anda” yang memohon uang. Wajahnya Anda. Suaranya juga Anda. Gerakan bibirnya sinkron sempurna dengan tutur kata yang terdengar. Namun itu bukan Anda. Itu Anda versi buatan mesin.

Inilah puncak dari post-truth society, di mana kebohongan bukan lagi diciptakan melalui kata-kata, tetapi melalui bentuk, suara, dan ekspresi yang tampak nyata.


Realitas yang Dapat Direkayasa

AI generatif seperti Wan 2.2 menggunakan sistem multimodal deep learning — model yang belajar dari jutaan data teks, gambar, dan suara untuk memahami hubungan lintas medium. Teknologi ini melampaui batas sebelumnya: ia tidak sekadar menyalin, melainkan mencipta realitas baru berdasarkan probabilitas kemiripan.

Sebagaimana dikatakan oleh Jean Baudrillard dalam teorinya tentang simulacra and simulation, dunia modern telah dipenuhi representasi yang meniru kenyataan hingga pada akhirnya menggantikan kenyataan itu sendiri. Wan 2.2 dan model serupa adalah bentuk paling konkret dari simulakra digital. Kita tidak lagi berhadapan dengan foto palsu atau kutipan palsu, melainkan dengan kenyataan palsu yang tampil sempurna.

Dalam konteks sosial-politik, ini menciptakan ancaman yang luar biasa. Bayangkan sebuah video “konferensi pers” calon presiden yang menyerang lawan politiknya, atau “rekaman suara” seorang menteri yang diduga menerima suap. Semua bisa tampak meyakinkan, lengkap dengan ekspresi wajah dan nada suara yang emosional.

Kebenaran, yang dulu bisa diverifikasi lewat bukti visual dan audio, kini menjadi konstruksi yang cair.


Krisis Epistemologis dan Erosi Kepercayaan

Dalam tradisi ilmu pengetahuan, kebenaran selalu diasumsikan dapat diverifikasi melalui observasi dan logika. Namun ketika observasi itu sendiri bisa dimanipulasi, maka epistemologi modern kehilangan fondasinya.

Kita memasuki era yang bisa disebut krisis epistemologis digital: di mana fakta, opini, dan rekayasa bercampur tanpa pembeda yang jelas. Orang tak lagi bertanya, apakah ini benar?, melainkan siapa yang paling meyakinkan?

Fenomena ini juga menggerus dasar kehidupan sosial: kepercayaan.
Dalam keluarga, seseorang bisa menjadi korban penipuan video deepfake yang menggunakan wajah anaknya. Dalam politik, kepercayaan publik terhadap lembaga negara bisa runtuh hanya karena satu video manipulatif yang viral di media sosial.

Ketika semua bisa dipalsukan, kepercayaan menjadi mata uang paling langka di dunia digital.


Dari Literasi Digital ke Literasi Realitas

Literasi digital selama ini berfokus pada cara memeriksa tautan, sumber berita, atau bias media. Namun itu tidak lagi cukup. Dalam dunia di mana gambar dan suara dapat dipalsukan dengan sempurna, kita membutuhkan tingkat literasi baru: literasi realitas.

Literasi realitas menuntut kemampuan untuk memahami konteks, menilai motif di balik pesan, dan mengidentifikasi kemungkinan manipulasi non-verbal. Ia menuntut kesadaran bahwa keaslian visual tidak lagi menjadi jaminan kebenaran.

Pemerintah, lembaga pendidikan, dan media massa memiliki tanggung jawab moral untuk membangun sistem verifikasi yang lebih transparan dan adaptif terhadap teknologi baru. AI hanya bisa dilawan dengan AI: authenticity detection tools yang mampu mengenali pola sintesis digital menjadi kebutuhan mendesak, bukan lagi proyek riset masa depan.


Manusia dalam Bayang-Bayang Simulasi

Ironisnya, teknologi yang lahir dari keinginan manusia untuk mereplikasi realitas justru menenggelamkan realitas itu sendiri. AI yang awalnya diciptakan untuk membantu menciptakan konten, kini mengancam otentisitas identitas manusia.

Di titik ini, kita mungkin harus kembali pada pertanyaan paling mendasar:
Apakah yang membuat manusia berbeda dari mesin? Jika suara, wajah, dan emosi bisa ditiru secara sempurna, apakah yang tersisa dari keaslian manusia?

Filsuf Hannah Arendt pernah menulis bahwa “kebenaran faktual adalah syarat bagi politik yang rasional.” Jika kebenaran itu lenyap, maka ruang publik pun akan berubah menjadi panggung sandiwara besar—dan demokrasi kehilangan pijakan moralnya.


Penutup: Kebenaran di Ujung Algoritma

Kita hidup di masa di mana melihat tidak lagi berarti percaya.
Video bukan lagi bukti. Suara bukan lagi kesaksian.

Ketika realitas bisa dikonstruksi oleh kode, maka pertanyaan terbesar abad ini bukan lagi apa yang benar, melainkan siapa yang benar-benar berbicara.

Mungkin inilah paradoks terbesar dari peradaban digital:
di tengah kemampuan luar biasa manusia menciptakan kecerdasan buatan,
kita justru kehilangan kemampuan paling dasar — untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.


 

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Bolos Sehari, Rugi Seumur Hidup: BKN Tegaskan ASN Mangkir Bisa Dipecat Tanpa Pensiun

Next Post

Lebaran 2026 Diprediksi Jatuh pada Maret, Pemerintah Tetapkan Cuti Bersama Selama Lima Hari

fusilat

fusilat

Related Posts

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili
Bencana

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
Dalih Sosok Manusia Pendusta; “Tidak Wajib Memperlihatkan Ijazahnya”
Feature

Pengadilan yang Akan Seru dan Sengit – Ijazah yang Tak Pernah Diperlihatkan

November 7, 2025
Feature

SMOKE AND MIRRORS DI BALIK WHOOSH: ILUSI HEROISME, HILANG SUBSTANSI

November 7, 2025
Next Post
Lebaran 2026 Diprediksi Jatuh pada Maret, Pemerintah Tetapkan Cuti Bersama Selama Lima Hari

Lebaran 2026 Diprediksi Jatuh pada Maret, Pemerintah Tetapkan Cuti Bersama Selama Lima Hari

REKAYASA RASIONALITAS DALAM WHOOSH

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Pemarintah Akui Kebijakan Pemerintah Membuat Warga di Pulau Rempang Tidak Nyaman
Birokrasi

Komisi Basa-basi Reformasi Polri

by Karyudi Sutajah Putra
November 7, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI) Jakarta - Berdasarkan Keputusan Presiden No 122P Tahun 2025,...

Read more
Naik karena Rakyat, Tumbang karena Cendekia

Macan Asia Itu Kini Mengembik

November 6, 2025
Jawaban Nasdem Terkait Tudingan Uang Rp 30 M  Disita KPK, Akan Digunakan Untuk Keluarga Nyaleg

Tak Mungkin Jeruk Makan Jeruk: Masih Sanggupkah Ahmad Sahroni, Eko Patrio dan Nafa Urbach Berkepala Tegak?

November 6, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
MILAD KE 80 MASYUMI –  Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

MILAD KE 80 MASYUMI – Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

November 7, 2025
Dalih Sosok Manusia Pendusta; “Tidak Wajib Memperlihatkan Ijazahnya”

Pengadilan yang Akan Seru dan Sengit – Ijazah yang Tak Pernah Diperlihatkan

November 7, 2025

SMOKE AND MIRRORS DI BALIK WHOOSH: ILUSI HEROISME, HILANG SUBSTANSI

November 7, 2025

WHOOSH BUKAN BARANG PUBLIK BUKAN INVESTASI SOSIAL

November 7, 2025
Pemarintah Akui Kebijakan Pemerintah Membuat Warga di Pulau Rempang Tidak Nyaman

Komisi Basa-basi Reformasi Polri

November 7, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
MILAD KE 80 MASYUMI –  Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

MILAD KE 80 MASYUMI – Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

November 7, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist