Gempa bermagnitudo (M) 7,3 mengguncang Jepang timur, Rabu (16/3) malam. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan gempa itu terjadi di lepas pantai Fukushima pada kedalaman 60 kilometer, dan berpotensi tsunami.
JMA menyatakan gempa itu memicu peringatan tsunami dengan gelombang hingga satu meter untuk wilayah Fukushima dan Miyagi. Sehingga, mereka menyerukan penduduk menjauh dari pantai.
Gempa dan peringatan tsunami itu terjadi sekitar beberapa hari setelah warga setempat memperingati 11 tahun gempa besar yang memicu tsunami mematikan dan bencana nuklir Fukushima.
Usai gempa Rabu (16/3) malam, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengatakan pembangkit nuklir Fukushima Daiichi tidak mengalami gangguan atau kerusakan. Mereka juga mengatakan tidak ada perubahan tingkat radiasi yang dilaporkan dari PLTN Fukushima Daini.
Hal itu disampaikan setelah pekerja memeriksa PLTN yang sempat hancur 11 tahun lalu akibat gempa dan tsunami di pantai timur.
Namun, gempa pada Rabu (16/3) malam membangunkan tidur serta kenangan pejabat di departemen darurat pemerintah Ishinomaki.
“Saya mendengar tanah bergemuruh. Bukannya merasa takut, saya langsung teringat Gempa Besar Jepang Timur,” ujar pejabat itu merujuk pada bencana 2011, seperti dikutip AFP, Rabu (16/3).
Seperti diberitakan NHK beberapa waktu lalu, 11 tahun lalu gempa 9,0 M melanda lepas pantai tinur laut Jepang pada 14.46 waktu setempat. Gempa itu memicu gelombang lebih dari 10 meter.
Pembangkit Nuklir Fukushima Dipastikan Aman Usai Gempa 7,3 M di Jepang
Gempa tersebut juga memicu tsunami serta kecelakaan nuklir yang menyebabkan kerusakan serius pada 40 kotamadya di Iwate, Miyagi, dan Fukushima.
Sedikitnya 18.423 ribu orang tewas atau hilang, sebagian besar akibat tsunami. Sementara itu, jumlah pengungsi akibat bencana itu terdata 3.786 hingga Kamis (10/3).
Akibat bencana nuklir itu, sekitar 12 persen kawasan Fukushima pernah dinyatakan tidak aman. Kini, zona larangan hanya diterapkan kepada 2,5 persen kawasan prefektur.
Namun, warga Futaba di Fukushima masih belum bisa pulang hingga kini walau kawasan sekitar PLTN mendapatkan dekontaminasi ekstensif.
Hingga Februari 2022, jumlah pengungsi tercatat 38.139. Perintah evakuasi diperkirakan dicabut untuk sebagian kota pada Juni ini.
Pekan lalu, tepatnya Jumat (11/3) sejumlah acara digelar untuk memperingati para korban yang tewas dan hilang akibat bencana gempa, tsunami, dan nuklir tersebut. Salah satunya adalah dengan mengheningkan cipta selama satu menit untuk para korban.
Kini, gempa berpotensi tsunami sempat terjadi lagi di sekitar kawasan tersebut. Gempa 7,3 M itu menyebabkan pemadaman listrik sementara ke lebih dari 2 juta rumah tangga sejak pukul 23.36 waktu setempat.
Selain listrik rumah, gempa juga berdampak pada operasional Shinkansen. Perusahaan JR East mengatakan Shinkansen tergelincir di utara kota Fukushima. Namun, mereka memastikan tidak ada laporan langsung mengenai korban akibat hal itu.
Tak lama setelah gempa, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan bahwa pemerintah sedang mengumpulkan informasi tentang situasi tersebut.
“Tolong perhatikan informasi gempa, menjauhlah dari pantai dan lakukan tindakan untuk melindungi diri sendiri,” ucap Fumio Kishida.
Pihak berwenang juga awalnya menyatakan tidak ada korban jiwa dari gempa tersebut.
Namun, hal itu kemudian diklarifikasi. NHK pada Kamis (17/3) memberitakan dua orang meninggal dunia dan sekitar 90 orang luka-luka akibat gempat tersebut.
Pihak berwenang mengetahui hal tersebut usai departemen darurat di daerah terdampak menerima banyak panggilan untuk menanggapi keadaan darurat dan cedera.
“Panggilan telah membanjiri polisi dan ambulans di Fukushima dan Miyagi,” kata juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno kepada wartawan.
“Kami melakukan yang terbaik untuk menilai tingkat kerusakan.”
Hingga pada Kamis (17/3) pagi, Badan Meteorologi Jepang resmi mencabut peringatan tsunami. Listrik rumah warga pun disebut telah menyala lagi.
Sumber : CNN Indonesia