OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Kolaborasi adalah proses kerja sama antara dua atau lebih orang, organisasi, atau entitas untuk mencapai tujuan bersama atau menyelesaikan tugas. Dalam kolaborasi, setiap pihak saling berpartisipasi, berbagi informasi, sumber daya, dan manfaat, serta bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
Ada beberapa karakteristik dalam kolaborasi yang penting kita cermati, diantaranya kerja sama tim; pembagian tugas dan tanggung jawab; komunikasi efektif; penggunaan sumber daya bersama dan tujuan bersama. Naiknya HPP Gabah, tentu saja membutuhkan sosialisasi. Petani perlu memahami dengan jelas, mengapa HPP Gabah dinaikan Tp. 500,- per kg.
Kolaborasi Bulog dengan Penyuluh Pertanian sangatlah dibutuhkan, supaya petani mempunyai pemahaman yang utuh terkait dengan HPP Gabah ini. Dengan kolaborasi ini petani diharapkan paham bahwa Harga Pembelian Gabah (HPP Gabah) adalah harga yang ditetapkan oleh pemerintah untuk pembelian gabah kering panen (GKP) dari petani.
Lebih jauh lagi, petani mengenali untuk apa HPP Gabah itu ditetapkan. Berdasar pengamatan yang ada, tujuan ditetapkannya HPP Gabah antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan petani; stabilisasi harga gabah;
mendorong produksi padi dan
mengatur pasokan beras.
Secara teknis ada beberapa faktor yang jadi penentu HPP Gabah antara lain biaya produksi; harga beras di pasar internasional; kualitas gabah;
ketersediaan gabah dan kebijakan pemerintah. Sedangkan komponen HPP nya adalah harga pokok produksi (biaya benih, pestisida, pupuk); biaya panen dan pengeringan; biaya pengangkutan dan margin keuntungan petani.
Setelah HPP Gabah dinaikan, salah satu tugas penting Bulog dan Penyuluh Pertanian adalah memberi kepastian kepada para petani, HPP Gabah ini akan diterapkan secara murni dan konsekwen. HPP Gabah yang Rp. 6500,- per kg ini benar-benar perlu dikawal dengan baik, sehingga dapat diantisipasi bila ada oknum-oknum yang mengganggunya.
Penyuluh Pertanian dan Bulog penting mengingatkan petani agar jangan mau mengikuti bujuk rayu para pebisnis gabah di lapangan yang cenderung memainkan harga gabah di petani. Bahkan akan keren bila Bulog mampu berkomunikasi dengan bandar/tengkulak/pedagang/pengusaha gabah untuk membangun kesadaran baru, untuk sana-sama mengamankan HPP Gabah yang ditetapkan Pemerintah.
Tak kalah penting untuk ditempuh, para Penyuluh Pertanian dan Bulog perlu melakukan anjangsono ke Kelompok atau Gapoktan untuk bincang-bincang bagaimana menghasilkan kualitas gabah yang baik, disaat iklim dan cuaca tidak berpihak ke dunia pertanian. Kita ingin agar langkah ini digarap dengan sistemik, sehingga mampu dicerna dengan baik oleh para petani.
Masalahnya tentu akan semakin rumit bila panen raya berlangsung di saat musim hujan. Dengan keterbatasan teknologi pengeringan di kalangan petani, upaya menghasilkan gabah yang berkualitas susah untuk dicapai. Gabah yang memiliki Kadar Air 14 %, ibarat kita ingin menangkap bayangan diri sendiri. Terlihat tapi sulit untuk dipegang. Begitu pun dengan derajat hampa 3 %.
Agar pengawalan dan pengamanan HPP Gabah berjalan dengan baik, maka para Penyuluh Pertanian penting dibekali dengan penguasaan teknologi paska panen dan pemasaran yang kuat, bukan hanya sekedar teknologi peningkatan produksi semata. Termasuk pemahaman Penyuluh Pertanian terhadap Sistem Pemasaran dan informasi pasar.
Panen raya di musim hujan, betul-betul sangat menyulitkan petani untuk menghasilkan gabah yang berkualitas. Kejadian seperti ini, sebetulnya telah berlangsung cukup lama. Petani meminta agar Pemerintah dapat membantu dengan memberi bantuan Alsintan terkait dengan teknologi pengeringan gabah sederhana yang dapat dikerjakan oleh para petani.
Sayang, Pemerintah belum mampu memenuhinya, mengingat prioritas pembangunan pertanian masih diarahkan pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas, belum ke paska panen. Akibatnya, untuk mengeringkan hasil panennya petani tetap mempercayakan kepada sinar matahari. Petani jadi was-was ketika matahari tidak bersinar, karena memanf sedang musim hujan.
Semoga kolaborasi Bulog dan Penyuluh Pertanian dapat di desain dengan baik, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Ke arah sanalah sebaiknya kita menuju. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).