Setelah pelarangan ekspor CPO oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), kini Malaysia yang selama ini jadi pesaing bisa mengambil alih pasar komoditas ini
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal, menurutnya Malaysia akan mendapatkan banyak peran.
“Begitu ada larangan, tentu saja Malaysia yang akan ambil lebih banyak peran karena demand terhadap CPO kan tetap banyak,” kata Faisal dilansir CNN Indonesia Minggu (8/5/2022)
Menurutnya yang perlu dikhawatirkan adalah kerugian Indonesia dari sisi perdagangan.
“Selain itu yang perlu diwaspadai juga kalau banyak investor yang menarik diri karena ketidakpastian kebijakan CPO di Indonesia, iklim industrinya dikhawatirkan terganggu,” tuturnya.
Sementara Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira juga mengatakan opsi terbaik adalah segera mencabut larangan ekspor CPO.
Selain itu, untuk merebut kembali pasar ekspor yang telah didominasi Malaysia, pemerintah perlu memfasilitasi pemain sawit dengan calon buyer luar negeri untuk normalisasi perdagangan kembali”Misalnya ada calon buyer potensial di negara tujuan ekspor CPO maka atase perdagangan dan kedutaan besar bisa fasilitasi business matching,” kata Bhima.
Di sisi lain, menurutnya, pemerintah juga perlu memperluas pasar/buyer yang potensial ke negara alternatif misalnya Afrika atau Timur Tengah.
Adapun Bhima mengatakan Malaysia sebelumnya memiliki porsi sekitar 27 persen dari total produksi CPO dunia atau memiliki kapasitas produksi 20 juta ton per tahun.
“Dengan absennya Indonesia di pasar CPO internasional pasca pelarangan ekspor, akhirnya Malaysia menjadi penguasa 84 persen total ekspor CPO,” kata Bhima. Menurutnya ini adalah kesalahan kebijakan sehingga membuat Malaysia mendapat durian runtuh dua kali.
Pertama, harga CPO pasca pelarangan ekspor naik 9,8 persen dibanding satu bulan yang lalu.
“Harga CPO saat ini tercatat 6.400 RM per ton,” lanjutnya.Kedua, importir sawit khususnya di India, China dan Eropa mencari alternatif sawit ke Malaysia.
“Ketika pelarangan ekspor CPO dicabut, tidak mudah bagi produsen sawit Indonesia mencari calon buyer karena sudah terikat kontrak dengan Malaysia,” Ungapnya.
























