Tidak hanya ibu-ibu rumah tangga atau pun pedagang UMKM yang menjerit akibat gejolak minyak goreng (migor) di Tanah Air. Setelah kritik DPR, penyanyi Iwan Fals pun ikut bersuara dan menumpahkan kritiknya lewat lagu, menyebut kisruh migor di Indonesia ibarat cerita tikus mati di lumbung padi.
Lagu ciptaan Iwan Fals dan Raja Pane yang diunggah lewat akun Youtube Iwan Fals Official bertutur soal keanehan hilangnya migor di pasar dan harganya melambung.
“Ini seperti tikus mati di lumbung padi
Bahan kita banyak, sawit jutaan hektar
Lalu kenapa hilang dan menghilang?
Dasar mafia, masa bodoh orang susah,” begitu penggalan lirik lagu yang berjudul ‘Minyak Goreng’ tersebut.
Lewat lagu itu, Iwan Fals mempertanyakan apakah hilangnya migor karena ada mafia dan ada main dengan aparat. Hanya saja, kenapa sulit diberantas dan seharusnya pelaku dihukum seumur hidup.
Mendag Lutfi pun mengaku salah soal terjadinya krisis migor di dalam negeri. Saat harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dalam tren menguat sejak Maret 2021.
Dalam paparan penjelasan di hadapan Komisi VI DPR RI, Lutfi menampilkan grafik harga CPO dan minyak goreng yang menunjukkan kenaikan.
“Kesalahan utama saya, tidak bisa memprediksi akan terjadi invasi Rusia terhadap Ukraina. Ini saya sebut tadi deduksinya adalah, mengundang orang berbuat serakah dan jahat diorganisir mafia migor dan komoditas,” kata Lutfi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Kamis, (17/3/2022).
Setelah 1,5 bulan diwarnai kisruh kelangkaan dan antrean panjang pembelian minyak goreng, pemerintah pun menyerah. Tidak lagi membatasi harga migor maksimal Rp14.000 per liter, pun tak lagi memaksa eksportir minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan turunannya memenuhi kebutuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) sebesar 20 bahkan 30% dari volume ekspor.
Keputusan itu ditetapkan pada 15 Maret 2022 dan berlaku per 16 Maret 2022. Dimana harga migor dikembalikan ke mekanisme pasar, namun memberikan subsidi bagi migor curah sehingga harga eceran tertingginya adalah Rp14.000 per liter.
Mendadak, tumpukan migor kemasan premium mengisi ritel modern. Dengan harga melampaui Rp20.000 per liter atau tembus Rp40.000 per 2 liter.
Berawal dari tren lonjakan harga CPO mulai pertengahan tahun 2021 atau setelah maraknya pelonggaran pembatasan sosial saat pandemi Covid-19 di berbagai negara. Lonjakan itu disebut sebagai era commodity boom atau commodity supercycle.
Presiden Joko Widodo pun menginstruksikan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi segera mengatasi lonjakan harga migor di dalam negeri.
Medio Januari 2022, Mendag memberlakukan kebijakan minyak goreng satu harga Rp14.000 per liter disertai mekanisme subsidi BPDPKS untuk mengganti kemahalan harga bagi pemilik stok migor yang sempat membeli dengan harga mahal. Namun, tak mampu meredam gejolak migor.
Pada Februari 2022, Lutfi mengumumkan berlakunya harga eceran tertinggi (HET) migor Rp14.000 per liter untuk kemasan premium, Rp13.500 kemasan sederhana, dan Rp11.500 untuk curah. Dan, mewajibkan eksportir minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan turunannya memenuhi kebutuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) dengan harga domestik (domestic price obligation/ DPO).
Namun, yang terjadi kemudian adalah kelangkaan migor di pasaran. Sementara, produsen migor mengaku kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku (CPO), sehingga beberapa diantaranya terpaksa tutup.
Kondisi memburuk dengan semakin parahnya efek domino perang Rusia – Ukraina ke pasar komoditas dunia. Harga CPO melambung dan berdampak pada minyak goreng di pasar domestik.
Mendag pun merespons kondisi itu dengan menaikkan DMO CPO dan turunannya menjadi 30% dan menyatakan HET migor tidak akan dicabut dan akan berlaku dalam jangka waktu lama, tidak kurang dari setahun.
Namun, selang beberapa hari, Mendag bersama Menteri Perindustrian dan Kapolri mendampingi Menko Perekonomian mengumumkan perubahan kebijakan, harga migor dilepas ke mekanisme pasar.
Foto: Antrean warga untuk mendapatkan minyak goreng di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (17/3/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Antrean warga untuk mendapatkan minyak goreng di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (17/3/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) |
Anggota Komisi IV DPR RI Mufti Anam menilai Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak punya wibawa di depan rakyat dan produsen menyikapi persoalan kelangkaan dan melonjaknya harga minyak goreng.
“Kami lihat Kemendag ini seperti macan ompong bukan hanya di mata rakyat tapi produsen minyak goreng juga. kalo kita lihat ada 6 Permendag dikeluarkan tapi tidak ada memberi implikasi positif,” kata Mufti saat rapat kerja Komisi VI dengan Mendag di Jakarta, Kamis (17/3/2022. Sumber