Menanggapi situasi tersebut, Staf Teknis Komunikasi Kemenkes, dr Ngabila Salama menyatakan belum mendetailkan jumlah kasus yang dimaksud, termasuk juga anak usia berapa yang terserang.
Jakarta – Fusilatnews – Munculnya berbagai berita terkait wabah misterius pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri mycoplasma telah terdeteksi juga di Indonesia.
Masyarakat sedang menantikan perkembangan dan konfirmasi lebih lanjut soal terdeteksinya pneumonia mycoplasma di Jakarta dari sejumlah pihak berwenang yang terkait.
Menanggapi situasi tersebut, Staf Teknis Komunikasi Kemenkes, dr Ngabila Salama menyatakan belum mendetailkan jumlah kasus yang dimaksud, termasuk juga anak usia berapa yang terserang.
“Kami sedang himpun datanya dari RS-RS lain dan meningkatkan kewaspadaan serta pelaporan,” ujar dr Ngabila Salama.
Sementara itu, pernyataan berikutnya dijelaskan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Masih menunggu laporan resmi dari DKI. Hari ini mereka menkonfirmasi kasus tersebut di RS,” ungkap dr. Siti Nadia Tarmizi.
“Sudah ada Surat Edaran yang kita keluarkan. Ini yang penting pemantauannya, kalau ada potensi peningkatan kasus, juga orang tua lebih waspada terhadap gejala sesak pada anak,” terang dr. Siti Nadia.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat agar tidak panik menyusul penyebaran undefined pneumonia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Imran Pambudi mengatakan masyarakat sebaiknya justru meningkatkan kewaspadaan diri terlebih bila melakukan perjalanan ke luar negeri.
“Masyarakat tetap tenang, jangan panik,” kata dr. Imran. China saat ini mengalami ancaman serius penyebaran undefined pneumonia yang mulai merebak sejak November 2023.
Selain China, penyakit radang paru-paru ini juga dilaporkan terjadi di Eropa. Penularan penyakit ini didominasi pada anak-anak.
Menurut dr. Imran, pneumonia yang saat ini merebak di China pada prinsipnya sama dengan pneumonia yang terjadi di masyarakat, yakni disebabkan oleh infeksi bakteri.
Hanya saja, berdasarkan laporan epidemiologi, kebanyakan kasus pneumonia di sana disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.
Mycoplasma merupakan bakteri penyebab umum infeksi pernapasan (respiratory) sebelum COVID-19. Bakteri ini diketahui memiliki masa inkubasi yang panjang.
Karena itu, penyebarannya tidak secepat virus penyebab pandemi COVID-19, sehingga tingkat fatalitasnya rendah.
Kendati demikian, Kementerian Kesehatan sudah melakukan berbagai upaya mitigasi untuk mengantisipasi merebaknya mycoplasma pneumonia di Indonesia.
Salah satunya, menerbitkan Surat Edaran Nomor : PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.
Surat Edaran yang ditandatangani Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu pada 27 November 2023 memuat sejumlah langkah antisipasi yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dalam menghadapi penyebaran mycoplasma pneumonia di Indonesia.
Melalui surat edaran tersebut, Kemenkes juga telah mendorong fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan pintu masuk negara untuk aktif pelaporan temuan kasus pneumonia melalui saluran yang disediakan, yakni Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Event Based Surveillance (SKDREBS)/Surveilans Berbasis Kejadian (SBK) maupun ke PHEOC.
“Kami mengimbau kepada Dinas Kesehatan, rumah sakit maupun pintu masuk negara agar segera melaporkan apabila ada indikasi kasus yang mengarah pada pneumonia,” terangnya.
Upaya mitigasi, lanjut dr. Imran, tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri, melainkan harus dibarengi dengan komitmen seluruh masyarakat agar pengendalian pneumonia lebih optimal.
Keempat, membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir;
Kelima, apabila merasa kurang enak badan atau sakit, sebaiknya tidak keluar rumah dan tetap menggunakan masker dengan baik serta benar.
“Segera ke fasyankes terdekat jika ada tanda gejala, batuk dan/atau kesukaran bernapas disertai dengan demam,” kata dr. Imran.