OLEH: ENTANG SASTRAATMADJA
Tengkulak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pedagang atau perantara yang membeli hasil pertanian seperti beras, jagung, atau sayuran dari petani dengan harga rendah, lalu menjualnya kembali dengan harga lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan.
Sering kali, tengkulak dianggap sebagai pihak yang memanfaatkan posisinya untuk meraup keuntungan dari selisih harga di lapangan. Akibatnya, petani kerap dirugikan dan tidak mendapatkan harga yang layak atas hasil pertaniannya. Dalam perspektif ekonomi, tengkulak dapat dikategorikan sebagai bagian dari sistem monopsoni, yaitu situasi di mana hanya ada satu atau sedikit pembeli yang memiliki kendali besar terhadap harga, sementara banyak penjual (petani) berada dalam posisi lemah.
Namun, tengkulak juga memiliki beberapa peran penting dalam sistem pemasaran hasil pertanian. Setidaknya, ada tiga peran utama yang dijalankan oleh tengkulak:
1. Peran Ekonomi
Tengkulak membeli hasil pertanian dari petani dan menjualnya kembali ke konsumen atau pedagang lain. Dalam peran ini, mereka berfungsi sebagai perantara yang memperlancar proses jual beli serta mengambil risiko dengan membeli hasil pertanian meskipun harga di pasar belum pasti.
2. Peran Sosial
Dalam beberapa kasus, tengkulak dapat membantu petani dengan memberikan pinjaman atau modal untuk bertani. Selain itu, mereka menjadi penghubung antara petani dan konsumen serta dapat membantu meningkatkan pendapatan petani dengan memberikan akses pasar yang lebih luas.
3. Peran dalam Sistem Pemasaran
Tengkulak berperan dalam mengatur pasokan hasil pertanian ke pasar dan mempengaruhi harga komoditas di tingkat lokal. Selain itu, mereka memiliki jaringan pemasaran yang luas sehingga mampu menyalurkan hasil panen petani ke berbagai daerah.
Petani dan tengkulak adalah dua entitas yang saling membutuhkan dalam ekosistem pertanian. Di satu sisi, petani memerlukan tengkulak sebagai jalur distribusi hasil panennya. Di sisi lain, tengkulak tidak dapat berkembang tanpa adanya petani sebagai produsen utama. Hubungan ini menciptakan simbiosis mutualistis yang kompleks.
Namun, dalam banyak kasus, hubungan ini lebih sering menguntungkan tengkulak ketimbang petani. Tengkulak kerap dianggap sebagai pihak yang mengeksploitasi petani dengan membeli hasil panen dengan harga rendah dan menjualnya kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi. Akibatnya, petani sering kali merasa dirugikan dan terjebak dalam sistem yang tidak adil.
Maka, muncul pertanyaan: Benarkah petani dan tengkulak bisa menjadi “sahabat”?
Jawabannya tergantung pada bagaimana hubungan mereka dibangun. Jika tengkulak menjalankan praktik bisnis yang transparan dan adil, mereka bisa menjadi mitra yang menguntungkan bagi petani. Namun, jika praktik tengkulak lebih condong pada eksploitasi, maka petani akan selalu berada dalam posisi yang lemah.
Membangun Kemitraan yang Lebih Adil
Untuk menciptakan hubungan yang lebih seimbang antara petani dan tengkulak, diperlukan beberapa langkah strategis, di antaranya:
- Meningkatkan kesadaran petani tentang hak-hak mereka serta pentingnya hubungan dagang yang transparan dan adil.
- Mengembangkan sistem pemasaran yang lebih baik agar petani memiliki lebih banyak pilihan dalam menjual hasil panennya, termasuk melalui koperasi atau marketplace digital.
- Memberikan pelatihan kepada petani tentang manajemen keuangan, pemasaran, dan negosiasi agar mereka memiliki daya tawar yang lebih baik.
- Memperketat pengawasan dan regulasi untuk mencegah praktik monopoli dan eksploitasi oleh tengkulak.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, hubungan antara petani dan tengkulak dapat lebih harmonis dan berkeadilan. Pada akhirnya, sistem pertanian yang sehat adalah yang mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh pelaku di dalamnya, terutama bagi petani sebagai pilar utama ketahanan pangan nasional.
(Penulis adalah Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat).