Oleh Sadarudin El Bakrie
Journalis [ Pengamat Ekonomi politik [ Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jember
Dalam kasus bergandengan tangan PDIP dengan Demokrat adalah kerjasama mensukseskan kandidat presiden. Bukan kerjasama memperebutkan suara pemilih dalam penilihan calon legislatif, karena bagi PDIP, Demokrat adalah “musuh” yang harus direbut suaranya begitu juga sebaliknya bagi Demokrat, PDIP adalah “musuh” dalam memperebutkan suara rakyat pemilih.
Dumulai ultimatum Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief. yang menuntut Anies Baswedan segera untuk mengumumkan bakal calon wakil presiden pendamping bacapres Anies Baswedan pada bulan Juni ini atau Partai Demokrat akan mengevaluasi Anies sebagai bakal calon presiden
Ultimatum Andi Arief ini diterjemahkan oleh PDIP, telah terjadi ketegangan didalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan khususnya antara Anies dengan Partai Demokrat yang berambisi mendudukkan Ketua Umum AHY sebagai bakal Calon wakil Presiden dan bagi PDIP itu kesempatan untuk memecah belah Koalisi pengusung Anies dengan menawarkan bacapres pendamping Ganjar Pranowo yang diusung oleh PDIP. kepada Agus Harimurti Yudhoyono sebagai bakal calon wakil presiden yang diusung PDIP
Selanjutany PDI P menawarkan pertemuan yang dikemas kerjasama Partai Demokrat dengan PDIP Dalam membangun bangsa Indonesia. Padahal itu hanya klaim untuk menutupi niat yang sebenarnya karena kerjasama dua atau lebih partai politik lazimnya setelah pelantikan anggota legislatif baru hasil pemilu bukan saat ini. Tentu sulit diterima akal sehat bagi para pihak membangun perjanjian ditengah ketidak jelasan posisi tawar para pihak dalsm perjanjian itu
Padahal dalam pemilihan calon legislatif, secara strategis, taktis kerjassama partai politik kontestan pemilu untuk memperebutkan mayorits kursi di DPR itu sangat tidak masuk akal karena sifat kompetisinya zero some game
Beda dengan pemilihan Presiden meski kompetisinya juga sama – sama zero sum game, partai politik tidak berkompetisi secara langsung, sebab yang berkompetisi disini adalah kontestan Presiden. Bukan partai politik. Partai politik hanya memberikan suport dengan dukungan kampanye agar rakyat memilih kandidat presiden jagoannya.
Dalam kasus bergandengan tangan PDIP dengan Demokrat adalah hampir pasti kerjasama mensukseskan kandidat presiden dengan dibungkus membangun bangsa. Juga bukan kerjasama memperebutkan suara pemilih dalam pemilihan calon legislatif, karena bagi PDIP, Demokrat adalah “musuh” yang harus direbut suaranya begitu juga sebaliknya bagi Demokrat, PDIP adalah “musuh” dalam memperebutkan suara rakyat pemilih.
Prtanyaannya siapa kandidat presiden yang disuksekan oleh PDIP dan Partai Demokrat dalam kerjasama ini? Apakah Anies Baswedan yang akan diperjuangkan dalam kerjasama ini? tentu sangat tidak mungkin karena PDIP sudah punya Ganjar dan sikap ‘hostile” PDIP terhadap Anies.
Apakah PDIP dan Partai Demokrat dalam kerjasama ini akan mensukseskan Ganjar Pranowo dengan imbalan AHY sebagai bakal calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo? itu sangat mungkin mengingat kuatnya ambisi jabatan bakal calon wakil presiden sejak awal dibentuknya Koalisi Perubahan dan Persatuan..
Disamping itu Kerjasama PDIP dengan Demokrat ini brsifat asimetris dimana posisi PDIP lebih dominan dan superior dihadapan partai Demokrat. Atinya PDIP dalam posisi mendikte Partai Demokrat dengan imbalan jabatan wapres, sebuah jabatan yang tak ada kepastian bagi Partai demokrat dalam koalisi bersama nasdem dan PKS.
Apa arti semua ini? Artinya sebuah pesan yang sangat kuat dari Partai Demokrat kepada Anies dan mitra PKS dan Nasdem untuk memilih AHY sebagai bacawapres atau AHY jadi bacawapresnya Ganjar sekaligus keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Apa akibatnya bagi Anies? Anies terjegal karena dijegal oleh PDIP dan Demokrat dalam melangkah menuju candidacy presiden di KPU kecuali Nasdem dan PKS berhasil memperoleh partai pengganti Demokrat.
Baik Anies maupun PKS dan Nasdem dalam koalisi Perubahan dan Persatuan mengetahui dan memahami, ini, itulah mengapa Anies tak kunjung mengumumkan Bacawapres pendampingnya menunggu PDIP mengumumkan bacawapreas pasangan Ganjar. karena sangat berisiko bagi Anies untuk mengumumkan bacawapres sebelum PDIP mengumumkan bacawapres untuk Ganjar, Kecuali Anies menunjuk AHY sebagai bacawapresnya.