WHAT NEXT – WHAT IF
Tiga Aspek Yg Akan Mewarnai Manusia
Ada 3 aspek yang kini sedang bergerak dan merambah. Diyakini akan mewarnai berbagai macam relung kehidupan Dunia Baru. Pertama Pandemic covid19, telah memporak-porandakan Tata Nilai dan Budaya tata kehidupan manusia, diseluruh Dunia. Dan ini telah menyulitkan semua pihak. Kedua, kebangkitan China dalam ekonomi dan teknologi, telah memetakan dunia, menjadi dua kubu pamasok berbagai macam resources. Nah, yang ketiga, adalah akibat dari no 1 dan no 2 itu, menyebabkan masalah tersendiri, yang kemudian sedang berevolusi menjadi babad cerita Dunia baru.
Supaya tidak terbawa mengawang-awang (twilight), saya mengajak meneropong, perisitwa apa yang sedang terjadi saat ini. Kawan saya dari Jepang, mengundang untuk bisa hadir pada sebuat event di Tokyo, pada pertengan bulan Januari ini. Lalu saya cek, posibilitinya. Kemudian saya tulis travel plan seperti ini. Hari H saya berangkat, lalu sampai di Tokyo. Esok harinya menghadiri event tersebut. Usai acara tersebut, kembali ke hotel, baru pulang ke esokan harinya. Itu dalam situasi normal, seperti yg biasa saya lakukan.
Bagaimana dengan Pandemic saat ini?
Setibanya di Tokyo, kita diawajibkan Karantina selama 14 hari. Jadi untuk bisa hadir ke acara tsb, hrs berangkat 15 hari sebelum hari H. Kemudian ketika pulang dan sampai di tanah air, maka diawajibkan juga karantina, sekurang-kurangnya 7 ~ 10 hari. Jadi untuk menhadiri even satu hari tersebut, menghabiskan waktu 25 hari.
Situasi seperti ini, taka ada yang bisa memprediski, sampai kapan akan berakhir. Kapan kehidupan normal bisa kembali. Kehidupan normal, apakah seperti Pre-Pandemic atau Post Pandemic (harus Pro-Kes).
Beberapa hari yang lalu, di Amerika, semua orang yang berpergian keluar rumah, diwajibkan memakai masker kembali, setelah diketemukan 14000 orang yang terpapar varian baru (omicron). Disusul dibeberpa negara Eropa, juga menerapkan karantina lagi, yang sangat ketat. Dan Indonesia, yang sedang ancang-ancang untuk kembali membuka Parawisata, urun, setelah ditemukan korban baru yg terpapar varian omicron itu.
Para Pemimpin Pemerintahan, diberbagai negara, seperti yang sudah kehilangan akal sehatnya, mereka kembali ke kebijakan lama, yaitu aksi serangan total vaksinasi, test PCR, dll.
Sementara catatan resmi, bahwa tingkat kematian akibat Covid19 tidak melebihi dari 7%. Tindakan curative hanya “meningkatkan imunitas, dan supply full vitamin” dan polahidup sehat.
Last but not least tindakan preventive yang jitu, sebagai cara yang paling mujarab dan efektif-efisien, hanya Pakai Masker, Jaga Jarak, menjauhi kerumuman, cuci tangan dan pola hidup sehat.
Jadi akhirnya “what next dan what if”, tidak bisa menjadi solusi. Diselimbuti kebuntuan nalar.
Akhirnya kita hanya bisa mengatakan Wallahu a’lam bi sawab. Hanya Engkau yang tahu.