• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Api yang Membakar Keadilan: Ketika Nama Bobby Nasution Masuk ke Meja Hakim

Damai Hari Lubis - Mujahid 212 by Damai Hari Lubis - Mujahid 212
November 6, 2025
in Feature, Law
0
Api yang Membakar Keadilan: Ketika Nama Bobby Nasution Masuk ke Meja Hakim
Share on FacebookShare on Twitter

 

Oleh: Damai Hari Lubis

Rumah seorang hakim terbakar.
Kalimat itu terdengar biasa — sampai kita tahu siapa hakimnya, dan kapan kebakaran itu terjadi.

Adalah Khamozaro Waruwu, hakim Pengadilan Negeri Medan yang tengah menyidangkan perkara korupsi proyek jalan di Sumatera Utara, bernilai ratusan miliar rupiah. Hanya beberapa hari sebelumnya, ia memerintahkan jaksa untuk menghadirkan Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, sebagai saksi dalam sidang tersebut. Tak lama setelah permintaan itu, rumahnya di Kompleks Taman Harapan Indah, Medan Selayang, dilalap api.


Kebetulan yang Terlalu Tepat

Kebakaran memang bisa terjadi kapan saja. Tapi publik Indonesia sudah kenyang dengan “kebetulan” yang muncul di waktu-waktu paling sensitif. Ketika seorang hakim tiba-tiba kehilangan rumahnya tepat setelah menyinggung nama pejabat besar, wajar jika publik tidak percaya lagi pada konsep kebetulan.

Kebakaran rumah hakim Khamozaro terjadi di siang hari, saat ia sedang bertugas di pengadilan. Ruang yang terbakar disebut-sebut merupakan bagian kamar dan ruang kerja pribadi — ruangan yang berisi dokumen-dokumen penting. Petugas pemadam memang berhasil memadamkan api, tapi pertanyaan lebih besar justru mulai berkobar:
apakah ini murni musibah, atau pesan politik yang disampaikan lewat api?


Ketika Nama Bobby Disebut di Ruang Sidang

Dalam sidang perkara korupsi proyek infrastruktur PUPR itu, muncul nama Bobby Nasution, yang disebut memiliki posisi strategis dalam proyek pembangunan jalan di Sumatera Utara. Hakim Khamozaro dengan tegas meminta agar jaksa menghadirkan Bobby ke pengadilan. Permintaan ini bukan tuduhan, melainkan bentuk tanggung jawab hukum — karena nama yang disebut dalam perkara publik harus diklarifikasi di depan hukum, bukan hanya di depan kamera.

Namun, di negeri di mana kekuasaan sering kali lebih tinggi dari hukum, tindakan biasa bisa berubah menjadi tindakan “nekat”. Dan keberanian seperti itu, sebagaimana sejarah kita tunjukkan, sering kali dibalas dengan teror, intimidasi, atau bahkan tragedi.


Bayang-Bayang Kekuasaan di Balik Api

Bobby Nasution bukan hanya Gubernur Sumatera Utara. Ia juga menantu Presiden Joko Widodo, bagian dari dinasti politik yang tengah mengakar kuat di republik ini. Ketika namanya disebut dalam konteks hukum, kasusnya otomatis bukan lagi persoalan biasa — melainkan pertaruhan citra dan kekuasaan keluarga istana.

Di titik ini, muncul pertanyaan mendasar:
apakah hukum masih bisa bekerja secara independen ketika pihak yang disentuhnya memiliki koneksi langsung ke pusat kekuasaan nasional?

Kebakaran rumah hakim ini menjadi simbol nyata dari ketegangan antara hukum dan kekuasaan. Ia seperti pesan tak tertulis bahwa ada batas yang tidak boleh dilanggar — bahkan oleh hakim. Api menjadi alat komunikasi paling kuno sekaligus paling efektif: panas, destruktif, dan menakutkan.


Keadilan yang Dikepung Ketakutan

Peristiwa ini juga menggambarkan kondisi mental penegakan hukum di Indonesia: bekerja di bawah bayang ketakutan. Tidak banyak hakim atau jaksa yang berani menembus lapisan kekuasaan. Mereka tahu risikonya — bukan hanya karier yang hancur, tapi juga keselamatan pribadi dan keluarga.

Di banyak negara demokratis, hakim yang berani menegakkan hukum terhadap pejabat tinggi dihormati sebagai pahlawan. Di Indonesia, mereka bisa jadi target. Di negeri ini, keberanian menegakkan hukum justru bisa menjadi alasan untuk disingkirkan.

Kebakaran rumah hakim Khamozaro menjadi cermin buram dari keadaan tersebut. Ia memperlihatkan bagaimana kekuasaan masih menjadi tembok penghalang bagi hukum untuk berdiri tegak.


Bobby dan Ujian Integritas

Sebagai pejabat publik, Bobby Nasution seharusnya melihat ini sebagai ujian moral, bukan ancaman politik. Jika ia memang tidak terlibat, menghadiri sidang sebagai saksi justru akan memperkuat kepercayaannya di mata rakyat. Tetapi diam atau menghindar justru akan memperkuat kesan bahwa kekuasaan sedang melindungi diri.

Sebagai pemimpin daerah, Bobby perlu menyadari bahwa hukum bukan panggung untuk mempertontonkan kekuasaan, melainkan ruang bagi rakyat untuk mencari kebenaran. Dan di ruang itu, tak ada satu pun nama yang lebih besar dari hukum.

Namun, sejarah kita jarang mencatat kekuasaan bersedia tunduk secara sukarela. Kekuasaan di negeri ini lebih sering menuntut hormat daripada memberikan teladan. Karena itu, publik layak curiga ketika peristiwa aneh seperti kebakaran rumah hakim terjadi beriringan dengan upaya penegakan hukum terhadap pejabat penting.


Ketika Api Menyala di Jantung Demokrasi

Kebakaran rumah hakim ini bukan hanya peristiwa lokal di Medan. Ia adalah alarm nasional yang menandakan bahwa lembaga peradilan sedang diintimidasi dengan cara halus tapi mematikan. Jika rumah hakim saja bisa dibakar tanpa kejelasan penyebab, maka siapa pun bisa menjadi korban ketika berani menegakkan hukum.

Api itu mungkin sudah padam, tapi bara ketakutan masih menyala di tubuh hukum Indonesia.

Dan di tengah bara itu, publik hanya bisa bertanya:
Apakah ini kebetulan, atau ada tangan-tangan kekuasaan yang bermain?


Penutup: Antara Abu dan Harapan

Keadilan di Indonesia hari ini berdiri di atas dua dunia: antara idealisme hukum dan realitas kekuasaan. Ketika hakim yang jujur harus kehilangan rumah karena menjalankan tugasnya, artinya sistem sedang terbakar — bukan oleh api, tapi oleh ketakutan.

Namun, di balik tragedi itu masih ada harapan. Harapan bahwa publik tidak akan diam. Harapan bahwa kebenaran masih punya tempat di tengah puing. Dan harapan bahwa para penegak hukum yang tersisa akan tetap tegak, meski di sekelilingnya hanya tersisa abu.

Karena kalau hukum padam, maka seluruh bangsa akan hidup dalam gelap.

Dan barangkali — api yang membakar rumah hakim itu bukan untuk memadamkan keadilan, tapi untuk menguji siapa yang masih berani berdiri di tengah nyala.

 

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Whoosh: Wo, Jangan Jadi Bemper Wi – “Jangan Pakai APBN”

Next Post

Republik yang Disulap Jadi Kartu Keluarga: Ketika Demokrasi Disunat di Meja Makan Istana

Damai Hari Lubis - Mujahid 212

Damai Hari Lubis - Mujahid 212

Related Posts

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili
Bencana

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
Dalih Sosok Manusia Pendusta; “Tidak Wajib Memperlihatkan Ijazahnya”
Feature

Pengadilan yang Akan Seru dan Sengit – Ijazah yang Tak Pernah Diperlihatkan

November 7, 2025
Feature

SMOKE AND MIRRORS DI BALIK WHOOSH: ILUSI HEROISME, HILANG SUBSTANSI

November 7, 2025
Next Post
Kepo Jokowi di Pilkada 2024

Republik yang Disulap Jadi Kartu Keluarga: Ketika Demokrasi Disunat di Meja Makan Istana

Bapanas Klaim Dua Pekan ke Depan Harga Beras Bisa Turun. Kelamaan

Beras Turun Mutu, Negara Turun Wibawa

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Pemarintah Akui Kebijakan Pemerintah Membuat Warga di Pulau Rempang Tidak Nyaman
Birokrasi

Komisi Basa-basi Reformasi Polri

by Karyudi Sutajah Putra
November 7, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI) Jakarta - Berdasarkan Keputusan Presiden No 122P Tahun 2025,...

Read more
Naik karena Rakyat, Tumbang karena Cendekia

Macan Asia Itu Kini Mengembik

November 6, 2025
Jawaban Nasdem Terkait Tudingan Uang Rp 30 M  Disita KPK, Akan Digunakan Untuk Keluarga Nyaleg

Tak Mungkin Jeruk Makan Jeruk: Masih Sanggupkah Ahmad Sahroni, Eko Patrio dan Nafa Urbach Berkepala Tegak?

November 6, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
MILAD KE 80 MASYUMI –  Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

MILAD KE 80 MASYUMI – Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

November 7, 2025
Dalih Sosok Manusia Pendusta; “Tidak Wajib Memperlihatkan Ijazahnya”

Pengadilan yang Akan Seru dan Sengit – Ijazah yang Tak Pernah Diperlihatkan

November 7, 2025

SMOKE AND MIRRORS DI BALIK WHOOSH: ILUSI HEROISME, HILANG SUBSTANSI

November 7, 2025

WHOOSH BUKAN BARANG PUBLIK BUKAN INVESTASI SOSIAL

November 7, 2025
Pemarintah Akui Kebijakan Pemerintah Membuat Warga di Pulau Rempang Tidak Nyaman

Komisi Basa-basi Reformasi Polri

November 7, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

Ketika Hukum Lumpuh, Rakyat Yang Mengadili

November 7, 2025
MILAD KE 80 MASYUMI –  Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

MILAD KE 80 MASYUMI – Masyumi Bangkit, Indonesia Maju

November 7, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

 

Loading Comments...