Osaka, Jepang — Kansai International Airport (KIX), salah satu keajaiban teknik terbesar di dunia yang dibangun di atas pulau buatan di Teluk Osaka, menghadapi ancaman serius. Bandara yang menelan biaya pembangunan sekitar 20 miliar dolar AS ini tercatat mengalami penurunan permukaan lebih cepat dari perkiraan. Hingga kini, pulau buatan tersebut telah turun lebih dari 12 meter sejak mulai dibangun pada akhir 1980-an.
Para ahli memperingatkan bahwa jika laju penurunan ini berlanjut, sebagian besar kawasan bandara bisa sepenuhnya terendam air laut pada tahun 2056.
Kansai International Airport resmi dibuka pada tahun 1994, dirancang untuk mengatasi keterbatasan lahan di Osaka serta mengurangi polusi suara di kawasan perkotaan. Untuk mewujudkan proyek ini, para insinyur menimbun lebih dari 21 juta meter kubik tanah dan batuan untuk membangun sebuah pulau sepanjang 4 kilometer dan selebar 2,5 kilometer. Proyek ini dianggap sebagai pencapaian luar biasa dalam dunia rekayasa sipil.
Namun, sejak awal, para ahli telah memperkirakan bahwa pulau buatan itu akan mengalami penurunan (subsidence) akibat berat struktur dan karakteristik dasar laut yang berlumpur. Awalnya, perhitungan menyebutkan bahwa pulau tersebut akan stabil dalam beberapa dekade setelah pembangunan. Nyatanya, laju penurunan jauh melebihi prediksi, bahkan setelah berbagai upaya perbaikan struktural dilakukan.
Dalam laporan terbarunya, tim peneliti dari Kansai University menyatakan bahwa penurunan saat ini berlangsung sekitar 6 hingga 7 sentimeter per tahun. Jika tren ini tidak dapat dihentikan atau diperlambat, bukan tidak mungkin bahwa dalam 30 tahun ke depan, sebagian besar bandara, termasuk landasan pacunya, akan berada di bawah permukaan laut — meningkatkan risiko banjir besar akibat badai atau kenaikan muka air laut.
Selama bertahun-tahun, pemerintah Jepang dan operator bandara telah mengeluarkan biaya tambahan besar untuk memperkuat fondasi, mengangkat bangunan, dan membangun penghalang banjir. Pada tahun 2018, bandara ini juga sempat lumpuh total akibat topan Jebi, salah satu badai terkuat yang pernah melanda Jepang, yang menyebabkan sebagian besar landasan terendam air dan ribuan penumpang terjebak.
Kondisi Kansai Airport kini menjadi simbol tantangan infrastruktur besar di era perubahan iklim, terutama untuk proyek-proyek pesisir yang dulunya dianggap “visioner” namun kini menghadapi ancaman eksistensial.
Pihak operator bandara, Kansai Airports, menyatakan bahwa mereka terus memantau situasi dengan ketat dan telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi, termasuk kemungkinan rekonstruksi sebagian pulau atau penguatan sistem pelindung laut. Namun, belum ada rencana jangka panjang yang diumumkan secara resmi untuk mengatasi ancaman penurunan dalam skala besar hingga tahun 2056.