OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Jakarta,investor.id merilis, Perum Bulog berusaha memperkuat bisnis hulu (hulunisasi) demi menjamin suplai lokal dalam rangka pengadaan dalam negeri untuk meningkatkan cadangan beras Pemerintah. Caranya, Perum Bulog akan membina, mendampingi dan membantu kebutuhan petani/kelompok tani termasuk pemenuhan pupuk dan bibit sekaligus menjadi pembeli siaga (offtaker) dari hasil panen petani.
Dalam pengembangan agribisnis perberasan, pembenahan di sisi hulu, kini menjadi kebutuhan mendesak untuk digarap, jika dan hanya jika, kita ingin menggenjot produksi setinggi-tinggi nya menuju swasembada. Kondisi perberasan nasional sendiri, kini terekam dalam suasana yang sedang tidak baik-baik saja. Banyak masalah yang menantangnya.
Turunnya produksi beras dengan angka cukup signifikan di tahun 2024, rasanya sangat tepat bila Pemerintah terus bekerja keras untuk dapat meningkatkan produksi dan produktivitas beras. Pemerintah tidak ingin ketersediaan beras jadi terganggu. Sebagai komoditas politik, beras jaris tersedia sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau rakyat banyak.
Ketersediaan beras secara nasional, belum seperti yang diimpikan. Ketersediaan beras sendiri, akan sangat ditentukan oleh hasil produksi beras dari dalam negeri. Iklim ekstrim, ditengarai sebagai penyebab utama yang membuat produksi anjlok. Cadangan Beras Penerintah, juga belum sesuai dengan yang diharapksn. Gagal panen pun terjadi dimana-mana.
Kalau produksi beras anjlok dan cadangan beras Pemerintah terlihat kurang, maka impor beras dapat dijadikan solusi jangka pendek yang segera dapat dilakukan. Kondisi seperti inilah, yang kini sedang dihadapi oleh para pemangku kepentingan sektor perberasan lainnya. Pemerintah jangan setengah hati dalam mencarikan jalan keluar terbaiknya.
Dalam agribisnis perberasan, terjadi beberapa proses yang perlu dllalui dengan baik. Mulai menanam benih menjadi gabah. Lslu, dari gabah menjadi beras dan dari beras menjadi nasi. Masing-masing proses diatas ada nilai tambah yang diperoleh. Nilai tambah ekonomi dari benih menjadi gabah akan lebih kecil dibanding dari gabah menjadi beras.
Sebagian besar petani padi, akan mrngakhiri kegiatan usahatani padinya di gabah. Itu pun di gabah kering panen. Jarang yang mampu berakhir di gabah kering giling. Apalagi berujung di beras. Petani di negeri ini, umumnya belum memiliki kemampuan untuk mengolah gabah menjadi beras. Para pedagang atau pengusaha beraslah yang mampu menikmati nilai tambah ekonomi dari gabah menjadi beras.
Adanya semangat dari Perum Bulog untuk lebih memberi titik tekan di sisi hulu dalam agribisnis perberasan, sebetulnya merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi petani. Indikator keberhasilan nya ditentukan oleh terjadinya produksi yang meningkat cukup signifikan dan adanya harga gabah yang menguntungkan bagi petani.
Itu sebabnya, program hulunisasi beras yang digarap oleh Perum Bulog, lebih mengarah kepada terciptanya penghasilan petani lebih baik, menuju kehidupan petani padi yang lebih bermartabat. Pertanyaan kritisnya adalah sampai sejauh mana Perum Bulog akan menggarapnya dengan baik. Dalam penerapannya, dibutuhkan adanya pendampingan, pengawalan, pengawasan dan pengamanan program yang ditempuh.
Titik lemah agribisnis perberasan yang dirasakan petani adalah ketika musim panen tiba, petani selalu dihadapkan pada harga gabah yang anjlok. Suasana ini selalu terjadi, seolah Pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk memberikan jalan keluar terbaik nya. Dengan harga gabah yang anjlok, harapan petani memperoleh untung berubah menjadi buntung.
Dengan tampilnya Perum Bulog sebagai pembeli siaga (offtaker) untuk membeli gabah petani dengan harga yang menguntungkan, maka jerih payah dan kerja keras petani selama kurang lebih 3 bulan berusahatani padi, pada akhirnya dapat dihormati dengan terjadinya harga gabah wajar disaat panen terjadi. Petani dipastikan bakal mampu berubah nasib.
Persoalannya adalah sampai sejauh mana Perum Bulog mampu untuk menerapkan semangat yang cukup mulia ini kedalam kehidupan nyata petani di lapangan ? Apakah saat ini Perum Bulog telah memiliki Grand Desain Hulunisasi Pernerasan lengkap dengan Roadmap pencapaiannya selama 25 tahun ke depan atau sedikitnya 5 tahun ?
Grand Desain, Master Plan atau Rencana Besar Hulunisasi Perberasan, memang sangat penting. Bukan saja hal ini diperlukan sebagai kompas pelaksanaan kegiatan, namun juga sebagai bukti program yang ditempuh, terumuskan dalam sebuah desain perencanaan yang utuh, holistik dan komprehensif, khususnya dari aspek partisipatif dan teknokratiknya.
Perum Bulog yang sejak kelahirannya ingin memposisikan diri untuk tampil sebagai “sahabat sejati” petani, kini benar-benar dituntut membuktikannya. Sebagai sahabat petani, Perum Bulog tentu akan membela dan melindungi petani dari oknum-oknum yang ingin meminggirkan dari panggung pembangunan atau bahkan memarginalkan kehidupannya.
Perum Bulog sebagai operator pangan, baik ketika memerankan diri melaksanakan penugasan khusus dari Pemerintah atau pun tatkala menjalankan peran bisnisnya, dipastikan akan selalu ingat kepada purwadaksi kelahirannya 57 tahun lalu. Perum Bulog tidak pernah terbersit keinginan untuk jadi musuh petani. Ayo kita buktikan bersama. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).