Oleh: Entang Sastraatmadja
Sesungguhnya ada problem besar yang harus dihadapi setelah Pemerintah melahirkan kebijakan penyerapan gabah petani dengan kualitas “apa adanya”. Persoalan itu adalah bagaimana Perum Bulog akan menyimpan gabah yang diserap agar kualitasnya tetap terjaga. Apakah Bulog sudah memiliki tata kelola penyimpanan gabah yang profesional?
Tata kelola penyimpanan gabah berkualitas merujuk pada standar yang ketat. Mulai dari kualitas gabah—kadar air sesuai, bebas kotoran, tidak terkontaminasi hama—hingga kondisi penyimpanan yang ideal: gudang harus bersih, kering, berventilasi baik, dan diawasi secara rutin. Pengelolaan stok juga penting, termasuk pencatatan keluar-masuk gabah dan rotasi agar tidak rusak. Tidak kalah krusial adalah pengendalian hama, penyakit, serta faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban.
Tanpa standar itu, gabah mudah berubah kualitas, gagal jadi beras unggul, dan akhirnya merugikan petani maupun konsumen.
Potret Penyimpanan Bulog
Secara jujur, kondisi penyimpanan gabah dan beras di Bulog cukup memadai, meski ada tantangan serius. Bulog memang memiliki lebih dari 1.500 unit gudang di seluruh Indonesia. Namun, dengan penyerapan gabah dan beras yang terus meningkat, banyak gudang sudah penuh. Untuk mengatasi ini, Bulog menyewa gudang milik pihak eksternal, termasuk TNI dan BUMN pangan.
Bulog kini mengelola stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sekitar 2,5 juta ton, dan diperkirakan tembus 3 juta ton pada akhir bulan. Penyerapan gabah/beras yang direalisasikan sudah mencapai 900 ribu ton setara beras. Angka ini tentu memperkuat cadangan pangan, tetapi menambah beban ruang penyimpanan.
Tantangan di Depan Mata
Ada tiga tantangan utama penyimpanan gabah/beras saat ini:
- Kapasitas Gudang Terbatas – Banyak gudang di daerah sudah penuh, memaksa Bulog menyewa tambahan.
- Penyerapan Tinggi – Target penyerapan 3 juta ton setara beras pada 2025 jelas menuntut ruang lebih luas.
- Stok Meningkat – Semakin tinggi stok, semakin besar risiko rusaknya kualitas bila tidak dikelola dengan cermat.
Jalan Keluar yang Mendesak
Beberapa solusi yang dapat ditempuh antara lain:
- Meningkatkan kapasitas gudang melalui pembangunan baru atau optimalisasi sewa gudang eksternal.
- Mengoptimalkan penyerapan agar sesuai daya tampung, sekaligus menjaga harga gabah petani.
- Menetapkan HPP yang adil, kini Rp6.500/kg, untuk melindungi petani.
- Menggunakan teknologi pengemasan modern agar gabah/beras lebih tahan lama.
- Mengendalikan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, serta hama.
- Memperluas kerja sama dengan supplier, Gapoktan, dan penggilingan padi, demi memperkuat rantai pasok dan efisiensi penyimpanan.
Penutup
Tata kelola penyimpanan gabah/beras bukan sekadar urusan teknis, melainkan fondasi kedaulatan pangan. Jika Bulog tidak serius, gudang penuh bisa berubah jadi gudang busuk. Maka, keseriusan menyimpan gabah harus menjadi prioritas nyata, bukan sekadar jargon.
(Penulis, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat)

Oleh: Entang Sastraatmadja





















