Jakarta, Fusilatnews – Saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), pengelola jaringan ritel besar, terus mengalami penurunan akibat boikot anti-Israel yang meluas sejak awal tahun ini. Setelah konflik antara Hamas dan Israel meningkat pada Oktober tahun lalu, boikot terhadap produk terkait Israel dan pendukungnya semakin merajalela.
MAPI merasakan dampak signifikan karena mengoperasikan jaringan ritel untuk merek internasional, termasuk Starbucks. Sejak awal tahun (year-to-date) hingga perdagangan hari ini, Jumat (26/7/2024), harga saham MAPI tetap berada di zona merah, mengalami penurunan sebesar 22,91%. Dalam setahun terakhir, sahamnya juga turun 18,58%.
Dilihat dari aliran dana asing, banyak investor yang menjual saham MAPI dalam jumlah besar beberapa bulan terakhir. Perpetual Limited, perusahaan keuangan asal Australia, merupakan investor asing yang paling banyak menjual saham MAPI, dengan akumulasi mencapai 160,88 juta lembar dalam tiga bulan terakhir.
Wellington Management Group, firma investasi yang berpusat di Boston, Amerika Serikat, juga menjual saham MAPI sebanyak 35,34 juta lembar. Selain itu, Blackrock, perusahaan investasi asal AS, menempati posisi ketiga dengan menjual saham MAPI secara berturut-turut sejak April hingga Juni 2024.
Pada April, Blackrock menjual saham MAPI sebanyak 4,66 juta lembar, dilanjutkan dengan penjualan 6,69 juta lembar pada Mei, dan 6,92 juta lembar saham pada Juni. Total penjualan saham MAPI oleh Blackrock mencapai 18,27 juta lembar, menurunkan kepemilikan mereka dari 303,44 juta lembar pada Maret menjadi 285,16 juta lembar.
Aksi boikot ini menambah tantangan bagi MAPI dalam mempertahankan kinerja sahamnya di tengah ketidakpastian pasar global yang dipengaruhi oleh konflik internasional.