Oleh : Karyudi Sutajah Putra
Jakarta, Fusilatnews – “Kabah,” kata Jusuf Hamka, pemilik nama asli Jauw A Loen atau Alun Joseph yang lebih dikenal dengan panggilan Babah Alun, usai berkunjung ke kediaman Mahfud Md, mantan calon wakil presiden di Pemilihan Presiden 2024, di Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2024).
Kedatangan Babah Alun ke kediaman mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan itu sesungguhnya untuk konsultasi ihwal penagihan piutangnya di pemerintah yang mencapai Rp800 miliar. Bukan membahas politik, apalagi pilkada.
Namun sekeluar dari kediaman Mahfud, Jusuf Hamka kepada para awak media berseloroh ihwal “Kabah” itu.
Adapun Kabah adalah bangunan di Kota Mekah, Arab Saudi, yang manjadi kiblat umat Islam di seluruh dunia dalam bersembahyang.
Nama Jusuf Hamka itu sendiri disematkan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka, tokoh ulama asal Sumatera Barat yang pernah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Nama Babah Alun disandang pengusaha dari etnis Tionghoa itu setelah ia masuk Islam atau mualaf tahun 1981 lalu.
Adapun kata “Kabah” ia lontarkan dengan nada berseloroh yang merupakan singkatan dari Kaesang-Babah.
Diketahui, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyodorkan nama Jusuf Hamka sebagai calon wakil gubernur untuk dipasangkan dengan calon gubernur Kaesang Pangarep di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024.
Sebagai kader Golkar, Babah Alun mengaku siap dipasangkan dengan putra bungsu Presiden Joko Widodo itu, dan juga siap jika dipasangkan dengan cagub lainnya seperti Ridwan Kamil dalam Pilkada Jawa Barat 2024 yang akan digelar pada 27 November mendatang.
Babah Alun yang merupakan pemilik sejumlah jalan tol di Indonesia di bawah bendera PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) memiliki piutang ke pemerintah sebesar Rp800 miliar yang hingga kini belum dibayar. Bandingkan dengan pengusaha-pengusaha lain yang justru punya banyak utang ke pemerintah.
Sebagai pengusaha jalan tol, Airlangga Hartarto yang juga Menteri Koordinator Perekonomian itu menganggap Babah Alun sebagai ahli infrastruktur dan transportasi, sehingga menjadi alasan pihaknya menyorongkan nama Babah Alun untuk menjadi cawagub bagi Kaesang Pangarep dalam Pilkada Jakarta 2024. Sebab, katanya, problem besar yang dihadapi Jakarta adalah kemacetan lalu lintas.
Apakah usulan Airlangga itu serius atau sekadar cek ombak? Kita tidak tahu pasti. Namun yang pasti, upaya menjadikan Babah Alun sebagai cawagub entah bagi Kaesang atau Ridwan Kamil atau yang lainnya hanya akan mendegradasi ketokohan atau kapasitas dan integritas mualaf itu.
Ibaratnya, Babah Alun yang saat ini bak ombak besar akan mengerdil menjadi alun atau ombak kecil. Ketokohan Babah Alun akan terdegradasi. Posisi cawagub terlalu kecil bagi Babah Alun.
Babah Alun adalah sosok yang inspiratif dan sudah menjadi semacam milik semua orang. Jika menjadi cawagub maka ketokohannya akan mengerdil, hanya menjadi milik partai politik atau gabungan partai politik tertentu.
Disinyalir, ia siap menjadi cawagub semata-mata karena ketaatannya sebagai kader kepada pimpinan partainya, bukan karena merasa ahli mengatasi problem kemacetan lalu lintas Jakarta.
Andai pun ia ahli, belum tentu pula elektabilitas pria kelahiran 5 Desember 1957 itu mumpuni sebagai cawagub. Banyak ahli di bidang tertentu yang elektabilitasnya justru jeblok ketika menjadi kontestan sebuah kontestasi elektoral.
Sebab, seorang pemimpin tak harus merupakan seorang spesialis terlebih dulu. Seorang pemimpin justru seorang generalis dalam berbagai aspek. Ahli dalam bidang tertentu tidak mesti ahli ketika menjadi seorang pemimpin sebuah wilayah.
“Serahkan suatu urusan kepada yang tidak ahli dan tunggulah kehancurannya,” demikian kurang lebih sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits-nya.
Alasan berikutnya, Babah Alun adalah sosok inspiratif. Hal ini berbeda dengan Jokowi yang sedang membangun politik dinasti dan karena itu menjadi semacam “common enemy” (musuh bersama) publik, terutama masyarakat Jakarta. Ketika berpasangan dengan Kaesang, tak ada jaminan Babah Alun akan dipilih warga Jakarta. “Kabah” pun bisa ambruk. Ini akan manjadi noda politik bagi Babah Alun. Boleh percaya boleh tidak.
Mudah-mudahan langkah Airlangga Hartarto menyorongkan nama Babah Alun menjadi calon wakilnya Kaesang Pangarep di Pilkada Jakarta 2024 sekadar cek ombak belaka. Semoga!