FusilatNews– Fenomena memadu kasih suami istri baru-baru ini terjadi pada musim haji 2022. Dimana usai menyelesaikan seluruh rukun haji, beberapa jemaah haji asal Indonesia yang merupakan pasangan suami istri (pasutri) membuat tempat khusus bernama “kamar barokah”. Bukan rahasia umum lagi jika berhubungan suami istri merupakan kebutuhan yang sulit untuk dihindarkan. Bahkan, usai melakukan rukun haji sekalipun.
Diketahui, jemaah haji yang merupakan pasutri memang diperbolehkan untuk memadu kasih usai melaksanakan rangkaian ibadah wajib. Maka dari itu, pasutri yang sama-sama beribadah haji baru bisa saling mendekat dan memadu kasih setelah selesai menunaikan seluruh rangkaian utama ibadah haji.
Dikutip dari Kompas.com, Senin (18/7/2022), melepas rindu dan memadu kasih bagi jemaah haji yang merupakan pasutri usai melaksanakan rangkaian ibadah wajib memang dibolehkan. Akan tetapi, sampai saat ini baik pemerintah Indonesia maupun Arab Saudi tidak menyediakan tempat khusus untuk hal itu.
Sebab, paket fasilitas haji yang ditawarkan Kementerian Agama tidak menyediakan tempat guna memenuhi kebutuhan batin itu.
Salah satu caranya, jemaah haji yang pasutri mau tidak mau mesti merogoh kocek pribadi untuk menyewa kamar apartemen atau hotel buat menyalurkan hasrat seksual yang terpendam selama ibadah.
Tetapi, lain halnya jemaah haji asal Surabaya, Jawa Timur, yang bermukim di pemondokan Hotel Arkan Bakkah, kawasan Mahbas Jin, Mekkah punya cara tersendiri. Mereka sampai menggelar “rapat darurat” untuk mencari jalan keluar persoalan itu. Beragam usulan muncul. Ada jemaah yang mengusulkan supaya mengosongkan satu kamar untuk digunakan sebagai tempat bercinta bagi para pasutri jemaah haji. “Awalnya malah ada usulan satu kamar dibuat secara bersamaan. Antar tempat tidur disekat seadanya,” kata Dikky Syadqomullah, seorang jemaah haji Indonesia, Minggu (17/7/2022).
Meski begitu, usulan itu tak diterima jemaah lain. “Sebagian jemaah menganggap memenuhi kebutuhan pasutri tak pantas rasanya bila dilakukan bersamaan dalam satu tempat yang sama,” kata Dikky.
Dikky bersama rekan-rekan sekamarnya kemudian mengalah dan merelakan kamar mereka untuk dipakai menjadi “Kamar Barokah”. Mereka hanya mengajukan satu syarat, yaitu satu kamar harus digunakan secara bergantian. Waktu penggunaannya mulai dari siang hingga maghrib. Sedangkan pada malam hari justru kamar ditutup. “Soalnya kalau malam kami yang punya kamar kan juga capek, perlu istirahat. Kalau siang, kami tinggal ibadah,” ujar pria yang mengajar di Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Tak ada syarat khusus untuk menggunakan kamar ini, selain tentu saja, harus berstatus suami istri. Dikky mengatakan, masing-masing pasutri biasanya juga sudah paham untuk selalu menjaga kebersihan kamar. “Ya kan malu juga masak di kamar orang meninggalkan jejak,” kata Dikky lalu tertawa.
Butuh solusi
Fenomena “kamar barokah” di kalangan jemaah haji Indonesia sampai ke telinga anggota Amirul Hajj 2022, Muhammad Khoirul Muttaqin, dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia. Menurut Khoirul, urusan penyaluran kebutuhan seksual bagi jemaah haji pasutri sudah lama menjadi isu yang dibicarakan. Ia pun menyarankan, negara sebaiknya ikut memberi jalan keluar dalam urusan tersebut. “Saya dengar jemaah akhirnya saling menyediakan karena tahu bila ini keperluan mendasar manusia. Negara sebaiknya hadir, agar bisa lebih rapi dan tertib, dan tidak menyusahkan jemaah,” ujar Khoiron, ditemui di Jeddah, Sabtu (16/7/2022).
Khoiron mengatakan, terkadang jemaah haji Indonesia yang pasutri kesulitan melaksanakan “ibadah” selepas menunaikan rukun haji itu karena harus menyewa apartemen dan kamar di mukimin, atau WNI yang berdomisili di Tanah Suci.
Menurut Khoiron, kebutuhan biologis jemaah haji pasutri bukan hal tabu untuk dijadikan salah satu bahan pembahasan dalam penyelenggaraan haji. Sebab, menurut dia, kebutuhan untuk melakukan hubungan badan jemaah pasutri selepas melaksanakan ibadah utama haji adalah hal yang normal. Bahkan menurut Khoiron, ada fenomena lain yang terjadi saat musim haji. “Sekarang ini, pasangan haji yang masih muda, malah mencari tempat tersebut, karena sudah ada niatan untuk mencetak ‘kader’ di Tanah Suci,” kata Khoiron.