FusilatNews – Wacana pembangunan penjara khusus bagi koruptor di pulau terpencil kembali mencuat setelah Prabowo Subianto menyampaikan ide tersebut dalam berbagai kesempatan. Konsep ini mengingatkan publik pada penjara Guantanamo milik Amerika Serikat, yang terkenal dengan isolasi ketat dan perlakuan keras terhadap tahanannya. Namun, pertanyaannya, apakah ini benar-benar akan terwujud atau sekadar retorika politik belaka?
Gagasan yang Menggiurkan Publik
Di tengah kemarahan rakyat atas maraknya korupsi, gagasan penjara di pulau terpencil terdengar menggoda. Bayangkan para koruptor hidup terisolasi dari kenyamanan yang mereka beli dengan uang haram. Tidak ada fasilitas mewah, tidak ada remisi aneh-aneh, dan tentu saja tidak ada “kongkalikong” dengan pejabat penjara. Seperti Guantanamo, tempat ini bisa menjadi simbol ketegasan negara terhadap koruptor.
Namun, membangun dan mengelola penjara di lokasi terpencil bukan perkara mudah. Infrastruktur, keamanan, hingga biaya operasional akan membengkak. Apakah ini lebih efektif dibanding memperbaiki sistem peradilan dan pengawasan agar korupsi tidak terjadi sejak awal?
Dari Wacana ke Kenyataan: Seberapa Serius?
Indonesia sudah berkali-kali mendengar janji besar soal pemberantasan korupsi, tetapi praktiknya justru melempem. Hukuman ringan, remisi mudah, dan vonis yang kerap dikorting membuat para koruptor tetap nyaman. Apakah Prabowo benar-benar berani mengeksekusi ide ini ketika banyak politisi dan pejabat di sekelilingnya berpotensi terseret kasus serupa?
Jika penjara ala Guantanamo ini benar-benar dibangun, siapa yang akan masuk ke sana? Apakah hanya koruptor kelas teri sementara mereka yang memiliki akses kekuasaan tetap mendapatkan perlakuan istimewa? Ataukah ini akan menjadi alat politik untuk mengunci lawan-lawan tertentu?
Solusi atau Sekadar Gimmick?
Jika serius ingin memberantas korupsi, pemerintah seharusnya fokus pada reformasi hukum yang lebih konkret. Penegakan hukum tanpa tebang pilih, penyitaan aset koruptor untuk mengembalikan kerugian negara, serta pengawasan ketat terhadap pejabat negara adalah langkah yang lebih nyata.
Gagasan Prabowo tentang penjara Guantanamo ala Indonesia memang terdengar tegas, tetapi tanpa komitmen dan implementasi yang jelas, ia hanya akan menjadi bagian dari omon-omon politik yang berlalu seiring waktu.
Kesimpulannya? Kita tunggu saja, apakah ini janji yang akan diwujudkan, atau sekadar bumbu kampanye yang akan terlupakan setelah kursi kekuasaan berhasil diduduki.