Menurut Yusuf, untuk inflasi, data terakhir pada bulan Januari 2024 menunjukkan inflasi tahunan mencapai 2,57 persen atau lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,28 persen.
Jakarta – Fusilatnews – Di tengah melambungnya harga beras dan harga- harga lainnya Bank Indonesia mengklaim inflasi dalam negeri saat ini tetap dapat terjaga. Atas dasar keterjagaan inflasi Bank Indonesia (BI) tetap menahan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6 persen
“Untuk rapat dewan gubernur di bulan Februari masih akan memutuskan menahan kebijakan suku bunga acuan pada level yang sama di angka 6 persen,” kata peneliti ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf R Manilet di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Keputusan terkait naik tidaknya BI Rate akan dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Februari yang berlangsung pada 20-21 Februari 2024.
Menurut Yusuf, untuk inflasi, data terakhir pada bulan Januari 2024 menunjukkan inflasi tahunan mencapai 2,57 persen atau lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,28 persen.
Meskipun, di dua bulan berikutnya ada potensi peningkatan inflasi imbas dari kenaikan harga beras dan faktor musiman bulan Ramadhan. Sementara itu, meskipun nilai tukar rupiah mengalami depresiasi di awal tahun, namun memasuki Februari 2024 volatilitas nilai tukar juga sudah mulai menurun.
Di sepanjang tahun 2024, rupiah diperkirakan akan menunjukkan stabilitas nilai tukar yang cenderung menguat, didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan imbal hasil (yield) obligasi negara maju, serta penurunan tekanan penguatan dolar AS.
Selanjutnya Yusuf mengemukakan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India tetap kuat berkat konsumsi rumah tangga dan investasi yang terus mendukung.
Sedangkan, pertumbuhan ekonomi China melambat karena konsumsi rumah tangga dan investasi masih lesu, dipengaruhi oleh pelemahan sektor properti dan keterbatasan stimulus fiskal. Meskipun inflasi di negara maju, termasuk AS, terus mengalami penurunan, namun masih berada di atas target. Di sisi lain, inflasi China menurun karena pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Perkiraan menunjukkan bahwa siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju, termasuk suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR), telah mencapai puncaknya, dan ada kemungkinan akan mulai menurun pada semester II 2024 setelah tetap tinggi pada semester I 2024.
Meskipun imbal hasil obligasi pemerintah negara maju, termasuk US Treasury, mengalami penurunan secara perlahan, namun tetap tinggi sejalan dengan premi risiko jangka panjang terkait pembiayaan fiskal dan utang Pemerintah AS. Nilai tukar dolar AS menghadapi tekanan penguatan yang berkurang terhadap berbagai mata uang dunia, yang mendukung terusnya aliran modal asing dan mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar di pasar emerging, termasuk Indonesia.
Sebelumnya, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap di level 6 persen. Suku bunga deposit facility dipertahankan di posisi 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.
BI Rate
Pada tanggal 19 Agustus 2016, Bank Indonesia (BI) memperkuat kerangka operasi moneter dengan mengimplementasikan suku bunga acuan baru, yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Instrumen BI7DRR adalah suku acuan yang baru yang memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya penggunaan instrumen repo.
Penguatan ini merupakan hal umum yang dilakukan oleh berbagai bank sentral dan diakui sebagai best practice internasional dalam melaksanakan operasi moneter. Bank Indonesia senantiasa melakukan penyempurnaan terhadap kerangka operasi moneter guna memperkuat efektivitas kebijakan dalam mencapai target inflasi yang telah ditetapkan. Penggunaan Instrumen BI7DRR sebagai suku bunga kebijakan baru karena kemampuannya dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
Dengan penggunaan instrumen BI7DRR sebagai suku bunga kebijakan baru, terdapat tiga dampak utama yang diharapkan, yakni: Menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan BI7DRR sebagai acuan utama di pasar keuangan.
Meningkatnya efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.
Terbentuknya pasar keuangan yang lebih dalam, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk tenor 3-12 bulan.
Perlu dicatat, mulai 21 Desember 2023, Bank Indonesia menggunakan nama BI-Rate sebagai suku bunga kebijakan menggantikan BI7DRR untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter. Penggantian nama ini tidak mengubah makna dan tujuan BI-Rate sebagai stance kebijakan moneter Bank Indonesia, serta operasionalisasinya tetap mengacu pada transaksi reverse repo Bank Indonesia tenor 7 (tujuh) hari.