Tangerang – FusilatNews – Rekonstruksi peristiwa tragis yang berlangsung pada Sabtu (11/1/2025) dini hari di Rest Area KM 45, Tol Tangerang-Merak, Kabupaten Tangerang, diwarnai dengan emosi mendalam dari putera korban.
Tiga tersangka yang terlibat dalam kejadian tersebut, yakni Sertu AA, Sertu RH, dan KLK BA, turut hadir dalam rekonstruksi untuk memeragakan jalannya peristiwa.
Salah satu momen yang mencuri perhatian terjadi ketika anak korban, Agam Muhammad, mengungkapkan perasaannya setelah melihat sosok pelaku pembunuhan ayahnya. Emosi Agam terlihat begitu kuat saat ia menyaksikan kembali pelaku yang merenggut nyawa sang ayah.
Setelah situasi kembali kondusif, tim penyidik dari Puspomal melanjutkan rekonstruksi untuk mencocokkan fakta lapangan dengan keterangan yang tercantum dalam berita acara pemeriksaan (BAP).
Sebelumnya, Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) TNI AL, Laksamana Madya Denih Hendrata, mengungkapkan bahwa adegan pengeroyokan sempat terjadi dalam peristiwa tersebut.
Dalam kejadian itu, Ilyas Abdurrahman tewas tertembak, sementara seorang lainnya, RM (60), mengalami luka tembak. Kejadian ini bermula ketika Ilyas dan rombongannya mengejar pelaku yang membawa kabur mobil rental, dan mereka berhasil menemukan mobil tersebut di depan minimarket di Rest Area KM 45, yang kemudian berujung pada penembakan maut.
Dua dari tiga tersangka adalah anggota pasukan elit Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, sementara satu lainnya merupakan anggota kapal milik TNI AL, KRI Bontang.
Sertu AA, Sertu RH, dan Kelasi Kepala BA saat ini tengah menjalani pemeriksaan oleh Puspomal yang bekerja sama dengan pihak kepolisian Polda Banten. Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa hanya satu dari ketiga oknum TNI AL tersebut yang melakukan penembakan.
“Ya, jadi yang melakukan penembakan itu adalah satu orang, tembak kedua. Karena yang satunya itu kan dari hasil CCTV juga yang dikeroyok itu tadi,” ujar Danpuspomal Laksamana Muda TNI Samista.
Berdasarkan penelusuran melalui CCTV, sempat terjadi keributan sebelum penembakan terjadi, yang menjadi latar belakang terjadinya aksi tersebut.
Salah satu tersangka, Sertu AA, diketahui rutin membawa senjata api ke mana pun ia pergi. Hal ini terkait dengan posisinya sebagai ajudan, di mana membawa senjata api menjadi bagian dari tugasnya.
Panglima Koarmada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata menjelaskan bahwa senjata api yang dibawa oleh Sertu AA merupakan senjata inventaris TNI AL yang melekat pada dirinya karena jabatan tersebut.
“Senjata itu senjata inventaris yang melekat, karena jabatan dari AA itu adalah ADC. Nah, ADC ini ajudan,” kata Denih, menjelaskan bahwa membawa senjata adalah bagian dari SOP untuk seorang ajudan.
Selain itu, Agam juga mengungkapkan adanya ancaman yang diterima ayahnya sebelum penembakan terjadi. Menurut Agam, sebelum berhasil menemukan mobil rental, Ilyas dan rombongannya sempat dihentikan oleh oknum TNI AL yang mengancam akan menabraknya.
“Pas kita berhentiin mobil itu, bapak turun, langsung yang mengaku dari TNI AL, ‘Saya ini TNI AL, kamu itu sindikat ya atau saya tembak sekarang?’,” kata Agam, menirukan perkataan pelaku. Ilyas, yang membantah tuduhan tersebut dan menjelaskan bahwa ia adalah pengusaha rental mobil, tetap diabaikan oleh Sertu AA.
Situasi semakin memanas ketika sebuah mobil Sigra tiba-tiba berhenti di lokasi kejadian. Agam awalnya mengira mobil tersebut berhenti untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, namun mobil tersebut justru menabrak pamannya dan segera melarikan diri bersama mobil Brio yang sebelumnya terlibat dalam kejadian itu.
“Om saya jatuh, segala macam, saya bantuin om saya. Sigra dan Brio pun kabur, lari,” jelas Agam.
Saat ini, ketiga tersangka masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut oleh Puspomal yang berkoordinasi dengan Polda Banten. Penyidikan terus berlanjut untuk mengungkap lebih dalam terkait peristiwa ini.